5 Sentilan untuk 'Capres' Jokowi

5 Sentilan untuk 'Capres' Jokowi

- detikNews
Jumat, 14 Mar 2014 11:20 WIB
5 Sentilan untuk Capres Jokowi
Jakarta - Deklarasi pencapresan Gubernur DKI Jokowi di depan mata. 'Kerikil tajam' pun mulai menghadang. Setiap gerak-gerik Jokowi selalu jadi sorotan. Tak terkecuali kunjungan Jokowi ke Blitar di hari kerja.

Jokowi dinilai lebih memilih menemani Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri nyekar ke makam Bung Karno ketimbang mengurus Jakarta. Jokowi beralasan, sebelum meninggalkan Jakarta, dia telah membereskan pekerjaannya. Eks Wali Kota Solo ini juga menolak disebut pergi diam-diam. Jokowi mengaku pergi mendadak, sehingga tak sempat memberitahu pihak lain.

"Loh, saya itu kan datang ke sini (Balai Kota), menyelesaikan pekerjaan saya yang bertumpuk, kan seperti jam biasanya. Terus pukul 10.00 WIB sudah tidak ada lagi, saya tidak ke lapangan sehingga ziarah ke makam proklamator. Sore juga sudah di sini (Jakarta), kerja lagi," kata Jokowi kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (13/3/2014).

Kalangan DPRD DKI bereaksi atas kepergian Jokowi. Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana menyentil Jokowi yang dinilai lebih mengutamakan kepentingan partai di atas kepentingan rakyat Jakarta.

Lawan politik Jokowi juga tak mau ketinggalan. Jubir Partai Demokrat Ruhut Sitompul menyebut Jokowi seperti sapi yang dicucuk hidungnya, karena mau saja menuruti Mega meninggalkan Jakarta.

Berikut sentilan-sentilan untuk 'capres' Jokowi:

1. Disindir Pramono Edhie karena ke Makam

Foto: Irvan Fauzi/detikcom
Capres konvensi PD Pramono Edhie menyindir capres yang sering berziarah ke makam dan meminta doa. Dirinya mengaku tidak melakukan hal tersebut.

"Saya tidak berkunjung karena takut diduga minta berdoa di makam," ujar Pramono di posko pemenangannya di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2014).

Sebelum masuk ke dalam bursa capres konvenai PD, Pramono mengaku sering berziarah ke makam makam pahlawan, termasuk makam ayahnya sendiri Sarwo Edhie di Solo, Jawa Tengah.

"Saya memang senang berziarah tetapi saat ini saya cut karena takut dikaitkan meminta dukungan ke makam," kata Pramono Edhie.

Beberapa kandidat capres bahka caleg juga sering terlibat dengan hal yang berbau klenik. Pramono menampik dirinya sedang menyindir kandidat capres lain.

"Nyindir siapa?" Tanya Pramono sambil tertawa.

Diketahui, Jokowi sempat bolos kerja dan menemani Megawati Soekarnoputri untuk berziarah ke makam Soekarno di Blitar, Jasa Timur.

1. Disindir Pramono Edhie karena ke Makam

Foto: Irvan Fauzi/detikcom
Capres konvensi PD Pramono Edhie menyindir capres yang sering berziarah ke makam dan meminta doa. Dirinya mengaku tidak melakukan hal tersebut.

"Saya tidak berkunjung karena takut diduga minta berdoa di makam," ujar Pramono di posko pemenangannya di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2014).

Sebelum masuk ke dalam bursa capres konvenai PD, Pramono mengaku sering berziarah ke makam makam pahlawan, termasuk makam ayahnya sendiri Sarwo Edhie di Solo, Jawa Tengah.

"Saya memang senang berziarah tetapi saat ini saya cut karena takut dikaitkan meminta dukungan ke makam," kata Pramono Edhie.

Beberapa kandidat capres bahka caleg juga sering terlibat dengan hal yang berbau klenik. Pramono menampik dirinya sedang menyindir kandidat capres lain.

"Nyindir siapa?" Tanya Pramono sambil tertawa.

Diketahui, Jokowi sempat bolos kerja dan menemani Megawati Soekarnoputri untuk berziarah ke makam Soekarno di Blitar, Jasa Timur.

2. Disindir karena Terlalu Nurut Ketum Partai

Pramono Edhie tak berhenti hanya soal makam. Dia juga menyindir soal capres yang terlalu nurut ke ketum partai. Menurutnya presiden Indonesia ke depan harus memiliki tanggung jawab ke rakyat bukan kepada partai dan ketua umumnya.

"Tetapi bukan berarti mengatur semuanya apalagi seorang pemimpin dikendalikan ketua umum. Ketua umum hanya punya hak untuk partainya," ujar Pramono Edhie di kantor pemenangannya, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2014).

Pramono mengingatkan seorang pemimpin dipilih oleh masyarakat dan bukan oleh partainya sendiri.

"Andai saya terpilih saya harus bertanggung jawab," ucapnya.

Dirinya mengakui memiliki kedekatan emosional dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga capres PD. Namun dengan tegas dirinya menyatakan SBY tidak pernah melakukan intervensi terhadap kerjanya.

"Saat berkuasa saat ini saja tidak intervensi apalagi tidak berkuasa. Tetapi kalau dijadikan penasihat itu bagus kenapa tidak," terangnya.

2. Disindir karena Terlalu Nurut Ketum Partai

Pramono Edhie tak berhenti hanya soal makam. Dia juga menyindir soal capres yang terlalu nurut ke ketum partai. Menurutnya presiden Indonesia ke depan harus memiliki tanggung jawab ke rakyat bukan kepada partai dan ketua umumnya.

"Tetapi bukan berarti mengatur semuanya apalagi seorang pemimpin dikendalikan ketua umum. Ketua umum hanya punya hak untuk partainya," ujar Pramono Edhie di kantor pemenangannya, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2014).

Pramono mengingatkan seorang pemimpin dipilih oleh masyarakat dan bukan oleh partainya sendiri.

"Andai saya terpilih saya harus bertanggung jawab," ucapnya.

Dirinya mengakui memiliki kedekatan emosional dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga capres PD. Namun dengan tegas dirinya menyatakan SBY tidak pernah melakukan intervensi terhadap kerjanya.

"Saat berkuasa saat ini saja tidak intervensi apalagi tidak berkuasa. Tetapi kalau dijadikan penasihat itu bagus kenapa tidak," terangnya.

3. Ruhut: Jokowi Seperti Sapi yang Ditusuk Hidungnya

Politisi Demokrat Ruhut Sitompul mengkritik tajam kepergian Gubernur DKI Jokowi ke Blitar, Jawa Timur untuk menemani Megawati Soekarnoputri ziarah ke makam Soekarno. Ruhut menilai Jokowi bak sapi yang ditusuk hidungnya.

"Apa yang dikatakan orang, Jokowi menari di atas gendang Megawati terlihat terang-benderang. Kelihatannya Jokowi ini seperti sapi yang ditusuk hidungnya," ujar Ruhut di posko pemenangan bakal capres dari Partai Demokrat, Pramono Edhie di Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2014).

Ruhut mengatakan, pemimpin seperti Jokowi harus tegas. Jokowi yang berpredikat Gubernur DKI tidak pantas pergi untuk urusan selain mengurus Jakarta.

"Ditarik ke kanan ke kanan. Pemimpin itu harusnya punya warna dan tegas," ucapnya sambil menghisap cerutunya.

Karena itu, anggota Komisi III DPR itu menyebut Jokowi tidak pantas menjadi capres. Sikap Jokowi bisa saja terbawa-bawa saat menjadi Presiden.

"Jadi melihat kejadian kemarin, terlihat bahwa seorang Jokowi tidak pantas menjadi capres. Apalagi kalau dia menjadi presiden, presiden itu harus taat aturan. Apakah Jokowi lupa kalau dia gubernur dan ada aturan. Kehadiran dia di Blitar kenyataannya melanggar semua, kaitannya sebagai jabatan dia sebagai gubernur Jakarta," tutur pria yang mendapat julukan Si Poltak dalam sinetron Gerhana ini.

3. Ruhut: Jokowi Seperti Sapi yang Ditusuk Hidungnya

Politisi Demokrat Ruhut Sitompul mengkritik tajam kepergian Gubernur DKI Jokowi ke Blitar, Jawa Timur untuk menemani Megawati Soekarnoputri ziarah ke makam Soekarno. Ruhut menilai Jokowi bak sapi yang ditusuk hidungnya.

"Apa yang dikatakan orang, Jokowi menari di atas gendang Megawati terlihat terang-benderang. Kelihatannya Jokowi ini seperti sapi yang ditusuk hidungnya," ujar Ruhut di posko pemenangan bakal capres dari Partai Demokrat, Pramono Edhie di Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2014).

Ruhut mengatakan, pemimpin seperti Jokowi harus tegas. Jokowi yang berpredikat Gubernur DKI tidak pantas pergi untuk urusan selain mengurus Jakarta.

"Ditarik ke kanan ke kanan. Pemimpin itu harusnya punya warna dan tegas," ucapnya sambil menghisap cerutunya.

Karena itu, anggota Komisi III DPR itu menyebut Jokowi tidak pantas menjadi capres. Sikap Jokowi bisa saja terbawa-bawa saat menjadi Presiden.

"Jadi melihat kejadian kemarin, terlihat bahwa seorang Jokowi tidak pantas menjadi capres. Apalagi kalau dia menjadi presiden, presiden itu harus taat aturan. Apakah Jokowi lupa kalau dia gubernur dan ada aturan. Kehadiran dia di Blitar kenyataannya melanggar semua, kaitannya sebagai jabatan dia sebagai gubernur Jakarta," tutur pria yang mendapat julukan Si Poltak dalam sinetron Gerhana ini.

4. Jokowi, Tolong Utamakan Kepentingan Publik

Kegiatan ziarah yang dilakukan Gubernur DKI Joko Widodo di hari kerja disayangkan oleh Pimpinan DPRD DKI. Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana mengkritik kegiatan tersebut.

"Kita menyayangkan dia ziarah pada hari kerja, karena kegiatan tersebut tidak mendesak, bisa dilakukan pada hari libur," kata Triwisaksana saat berbincang dengan detikcom, Kamis (13/3/2014).

Bang Sani, demikian Triwisaksana biasa disapa, mengatakan seharusnya Jokowi bisa mengutamakan tugas sebagai gubernur dibandingkan kerja politik sebagai kader partai. Urusan partai seharusnya bisa ditunda saat libur.

"Jokowi sosok negarawan yang amanah, tolong utamakan kepentingan publik jauh di atas kepentingan politik," ujar politikus PKS ini.

4. Jokowi, Tolong Utamakan Kepentingan Publik

Kegiatan ziarah yang dilakukan Gubernur DKI Joko Widodo di hari kerja disayangkan oleh Pimpinan DPRD DKI. Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana mengkritik kegiatan tersebut.

"Kita menyayangkan dia ziarah pada hari kerja, karena kegiatan tersebut tidak mendesak, bisa dilakukan pada hari libur," kata Triwisaksana saat berbincang dengan detikcom, Kamis (13/3/2014).

Bang Sani, demikian Triwisaksana biasa disapa, mengatakan seharusnya Jokowi bisa mengutamakan tugas sebagai gubernur dibandingkan kerja politik sebagai kader partai. Urusan partai seharusnya bisa ditunda saat libur.

"Jokowi sosok negarawan yang amanah, tolong utamakan kepentingan publik jauh di atas kepentingan politik," ujar politikus PKS ini.

5. Jokowi Harusnya Tolak Ajakan Mega

Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana tegas meminta Jokowi mementingkan kepentingan rakyat Jakarta di atas kepentingan parpol. Jokowi diminta menolak ajakan kerja politik untuk parpol di hari kerja.

"Sepatutnya Jokowi bisa menempatkan diri untuk bisa menolak. Karena kan seharusnya bisa dibedakan mana tugas gubernur, nama tugas politik," kritik Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana saat dihubungi, Kamis (13/3/2014).

Bang Sani, demikian Triwisaksana biasa disapa, menyayangkan Jokowi meninggalkan tugasnya di Jakarta dan pergi ke Blitar untuk urusan politik. Seharusnya Jokowi bisa mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan politiknya.

"Jokowi sosok negarawan yang amanah, tolong utamakan kepentingan publik jauh di atas kepentingan politik," ujarnya.

Jokowi bersama Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri nyekar makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur, Rabu (12/3) kemarin. Dia pergi sejak pagi dan baru kembali sore hari. Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak tahu perihal kepergian Jokowi.

5. Jokowi Harusnya Tolak Ajakan Mega

Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana tegas meminta Jokowi mementingkan kepentingan rakyat Jakarta di atas kepentingan parpol. Jokowi diminta menolak ajakan kerja politik untuk parpol di hari kerja.

"Sepatutnya Jokowi bisa menempatkan diri untuk bisa menolak. Karena kan seharusnya bisa dibedakan mana tugas gubernur, nama tugas politik," kritik Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana saat dihubungi, Kamis (13/3/2014).

Bang Sani, demikian Triwisaksana biasa disapa, menyayangkan Jokowi meninggalkan tugasnya di Jakarta dan pergi ke Blitar untuk urusan politik. Seharusnya Jokowi bisa mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan politiknya.

"Jokowi sosok negarawan yang amanah, tolong utamakan kepentingan publik jauh di atas kepentingan politik," ujarnya.

Jokowi bersama Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri nyekar makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur, Rabu (12/3) kemarin. Dia pergi sejak pagi dan baru kembali sore hari. Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak tahu perihal kepergian Jokowi.
Halaman 2 dari 12
(trq/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads