Makna Kata Maaf dari Orang Tua Ade Sara

Petaka Cinta Segitiga

Makna Kata Maaf dari Orang Tua Ade Sara

- detikNews
Kamis, 13 Mar 2014 18:19 WIB
Dua sejoli tersangka pembunuh Ade Sara. (Foto - detikcom)
Jakarta - Tetamu itu akhirnya datang ke rumah orang tua Ade Sara Angelina Suroto di jalan Layur blok ABCD, kelurahan Jati, Jakarta Timur pada Rabu (12/3) malam pukul 20.00 WIB. Mereka, keluarga Assyifa Ramadani (19 tahun) dan Ahmad Imam Al Hafitd (19 tahun) datang untuk meminta maaf.

Hafitd dan Syifa adalah dua orang yang diduga sebagai pelaku pembunuhan atas Ade Sara pada Senin (3/3) pekan lalu. Orang tua Syifa yang mengenakan kerudung biru dan masker wajah, langsung memeluk Elizabeth Diana, ibu Ade Sara.

Sambil berderai air mata dan isak tangis, ia meminta maaf dipelukan Elizabeth yang terlihat tegar. “Saya sudah mengampuni,”kata Elizabeth sambil mengelus punggung ibu Syifa. Selama 15 menit tiga keluarga itu bertemu dalam suasana haru.

Mata Elizabeth masih berkaca-kaca menahan tangis setelah tamunya pergi. “Saya kalau enggak berserah sama Tuhan, saya enggak bisa kuat. Saya belajar berserah dan tunduk saja, walaupun di sisi lain sebagai orang tua kadang bertanya ‘Aduh Tuhan, kenapa harus seperti ini, kenapa saya?,” kata Elizabeth sambil menyeka air mata.

Kata maaf memang sudah diberikan Elizabeth sejak Hafitd dan Syiffa diketahui sebagai pembunuh Ade Sara. Namun ia dan sang suami, Suroto tetap meminta agar hukum ditegakkan sehingga masing-masing pihak bisa memetik pelajaran.

Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menilai keikhlasan dan kata maaf dari orangtua Ade Sara merupakan bentuk kematangan pola pikir, dan dekat dengan nilai-nilai agama. Sulit untuk menerima kenyataan pahit kalau anaknya mesti tewas dari hal yang tidak terduga.

“Ini tergantung masing-masing orang. Kemungkinan mereka dekat dengan agama,” kata Reza saat berbincang dengan detikcom, Rabu (12/3) kemarin.

Psikolog Sani Budiantini Hermawan juga mengaku salut dengan pola pikir yang diperlihatkan orangtua Ade Sara. Dia menilai Elizabeth dan Suroto memiliki nilai agama yang kental serta bisa menerima dengan ikhlas kematian putri semata wayangnya tersebut.

“Pola pikir orangtua korban sudah bisa mendekati kematangan yang tinggi. Jadi, bisa menerima hal seperti itu,” ujarnya.


(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads