Saat Stiker Kampanye Bersaing dengan Iklan Sedot WC

Sampah Politik di Ruang Publik

Saat Stiker Kampanye Bersaing dengan Iklan Sedot WC

- detikNews
Selasa, 11 Mar 2014 12:07 WIB
Stiker kampanye bersanding dengan iklan sedot WC. (Foto-detikcom)
Jakarta - Ahad lalu mestinya Yudhis bisa menikmati akhir pekan dengan santai. Namun dua buah stiker calon anggota legislatif yang tertempel di tembok pagar rumah membuat pria berusia 29 tahun itu uring-uringan.

Kesibukannya pun bertambah, karena harus melepas stiker tersebut dan mengecat ulang tembok yang baru saja diperbarui satu pekan sebelumnya. Saat itu diapun dibuat jengkel oleh ulah pemasang stiker iklan 'Sedot WC'.

Stiker-stiker tersebut dipasang di tembok pagar tanpa izin dari yang punya rumah. Tak hanya satu, kadang satu dinding bisa 2 atau 3 stiker. “(Stiker) Sedot WC sudah dicopoti, malah kini muncul stiker kampanye,” kata warga Johar Baru, Jakarta Pusat itu kepada detikcom, Ahad (9/3) lalu.
 
Stiker kampanye tak hanya dipasang di pagar-pagar rumah penduduk. Banyak juga yang dipasang di tiang listrik, kolong flyover, dinding jembatan, pos ronda warga hingga dipaku di pohon. Sama seperti di rumah Yudhis, stiker kampanye tersebut bersanding atau bahkan bersaing, -karena saling menutupi-, dengan iklan sedot WC.






Tak hanya Yudhis, bahkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga dibuat gerah oleh ulah pemasang iklan sedot WC, termasuk stiker kampanye. Kemarin pria yang akrab disapa Jokowi itu mengingatkan bahwa iklan atau stiker yang dipasang sembarangan akan ditertibkan.

Mantan Wali Kota Surakarta itu bahkan mengancam akan mempolisikan pengusaha sedot WC dan orang yang memasang stiker sembarangan. "Yang usaha kuras WC, itu satpol PP panggil itu. Itu sudah mengotori, bisa dipolisikan," kata Joko Widodo di Balai Kota Jakarta Senin (10/3/2014) kemarin.

Dia menyebut budaya menempel iklan dan stiker di tempat publik termasuk kategori merusak aset pemerintah daerah, dan merusak estetika keindahan kota alias menimbulkan sampah visual. "Boleh saja pasang, tapi tidak di sembarang tempat. Kita yang punya kota," ujar Jokowi dengan nada tinggi.

Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute, Hanta Yudha mengatakan pemasangan alat peraga kampaanye termasuk menempel stiker tidak efektif untuk meningkatkan elektebilitas. Cara ini dianggap membosankan dan tidak mendapat perhatian secara positif dari publik.

Adanya ribuan caleg dengan kondisi pemasangan atribut yang semrawut justru membuat cara ini tidak efektif. “Cara ini memang lumrah karena terdesak oleh kompetisi persaingan yang semakin tinggi dalam satu wilayah. Massa yang melihat justru cenderung bingung dan risih,” kata Hanta kepada detikcom, Senin (10/3) kemarin.

Selain sudah menjamur, atribut yang menempel di berbagai tempat ini malah membuat risih, merusak pemandangan dan bingung masyarakat. Atribut tersebut tak jarang justru menimbulkan sampah di sejumlah tempat. Apalagi sebagian poster maupun stiker menggunakan bahan dasar plastik yang tidak mudah terurai.


(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads