Tidak terlalu banyak referensi jelas soal peristiwa itu kini. Yang muncul adalah testimoni dari para keluarga korban dan warga sekitar Cilandak yang mengalami langsung peristiwa itu.
Doni, salah seorang warga Cipulir mengatakan, ayahnya pernah bercerita, kejadian yang berlangsung pada 3 November 1984 malam itu sangat mencekam. Peluru beterbangan di langit hingga membuat warga ketakutan. Sang ayah yang berada di kawasan Cipete, Jaksel, bersama rekan-rekannya terpaksa harus berlindung di tempat aman.
"Mereka sampai sembunyi di masjid pas kejadian itu," kata Doni saat bercerita kepada detikcom, Rabu (5/3/2014).
Dikutip dari Tempo, di kompleks Marinir itu ada enam gudang peluru. Di dalamnnya ada berbagai jenis bom, peluru, ranjau, granat, termasuk peluru-peluru roket berjarak tembak 15 km. Semua beterbangan di langit yang membuat malam terasa terang.
Ribuan orang dilaporkan mengungsi. Di Kompleks Marinir AL, Cilandak, itu sendiri, suasana bak medan perang. Sebuah roket antitank sempat menghantam pohon di Gang Haji Ipin, Cilandak, dan memantul menghantam rumah. Seorang kakek, seorang wanita, dan empat anak-anak dan remaja langsung tewas.
Di RS Pertamina tercatat korban luka-luka dan dua orang mati. Di RSCM 11 luka-luka dan enam meninggal. Salah seorang korban tercatat sebagai staf Sekjen Departemen Pertanian bernama Muchlis Darisan. Muchlis, dan sejumlah karyawan Deptan, sedianya akan mengikuti Penataran Informasi Data sampai Rabu pekan ini di Wisma Tani Pasar Mimggu.
Dan menurut laporan yang diterima di Pusat Komando dan Pengendalian Operasional Polda Metro Jaya, sebuah peluru roket jatuh di Curuk, Tangerang. Dua orang dikabarkan tewas.
(mad/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini