Gua ini terletak di tebing perbukitan kapur sebelah timur kawasan Pantai Parangtritis. Posisinya tepat di pinggir laut sehingga saat berada di dalam gua yang terdengar hanya deburan ombak.
Di Yogya, gua ini jadi salah satu tempat favorit ritual selain kawasan Cepuri Parangkusumo Kawasan Parangtritis, makam Sultan Agung di Imogiri Bantul, Petilasan Ki Ageng Pemanahan, Kembang Lasmpir di Girisekar Panggang dan Giring Sodo Paliyan Gunungkidul.
Tidak banyak orang yang datang ke Gua Langse karena medan yang berat dan membahayakan bila tidak menggunakan pemandu lokal. Tapi tetap saja ada yang datang, seperti caleg, calon kepala desa kepala desa, orang yang ingin naik pangkat hingga orang yang ingin kekayaan.
Seperti ritual yang dilakukan caleg PKPI Lambok Mangiring Sinaga yang hendak maju pileg 2014 bersama Subandi dan 5 temannya. Namun nahas pada hari Minggu (2/3/2014), Subandi tewas terjatuh di tebing dan Yayuk juga terjatuh namun hanya luka patah kaki.
"Kalau mau ke sana (Gua Langse), jalannya sulit harus lewat tebing pinggir laut," ungkap Kepala Dusun Gabuk, Parijo kepada wartawan, Selasa (4/3/2014).
Menurut dia, gua menghadap ke arah laut selatan. Untuk menuju ke sana, orang harus melewati jalur jalan setapak dan melewati tangga batu kapur dan kayu atau akar pohon. Lebar jalan setapak yang dilalui hanya sekitar 1 meter.
"Biasanya kalau ke sana harus ditemani warga atau pemandu lokal yang sudah hapal medannya," katanya.
Saat bertemu rombongan di tempat pemberhentian, lanjut dia, Subandi menolak ditemani pemandu dengan alasan sudah tiga kali datang dan sudah tahu jalannya. Rombongan yang berjumlah 7 orang itu sampai di gua Langse sekitar pukul 15.00 WIB dan sudah membawa dupa dan kembang setaman. Sedangkan sopir mobil Daihatsu Luxio Slamet hanya menunggu di tempat pemberhentian.
"Kami tahu kalau itu rombongan caleg dari kartu nama yang dibawa atas nama Lambok Mangiring Sinaga," katanya.
Dia menambahkan juru kunci Gua Langse adalah Sagiyanto, warga Dusun Gabuk, yang bertugas mengawasi dan merawat kawasan gua. Dia juga bertugas yang mencatat tamu-tamu yang datang sebelum turun melintasi tebing bukit yang sempit dan terjal batu kapur.
"Guanya luas dua kali lapangan voli dan atap dan dasar gua ada banyak batuan stalagtit dan stalagmit. Di dalam juga ada sumber mata air tawar yang biasa digunakan orang untuk mandi atau membasuh muka sebelum tirakat di sana. Paling ramai biasanya malam selasa atau jumat Kliwon," katanya.
(bgs/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini