Ditemui di rumahnya, Sri mengatakan suaminya pergi sekitar pukul 06.00 WIB dijemput mobil. Namun saat itu ia tidak mengetahui kalau Subandi akan pergi ke Yogyakarta karena suaminya itu tidak berpamitan.
"Seperti biasa, saya buatkan makanan, menyiapkan minum. Tapi kemarin pergi tidak pamit, padahal biasanya pamit. Suami saya sempat minta diambilkan minyak biar keringatnya tidak bau," kata Sri saat ditemui detikcom di rumahnya, di Tambakharjo RT 03 RW 02, Semarang Barat, Senin (3/3/2014).
"Firasatnya dua hari lalu ada cicak jatuh di kepala saya. Kata suami saya pertanda ada yang akan meninggal tapi lewat sakit dahulu. Suami saya juga jadi rajin bersih-bersih di rumah," imbuhnya.
Setelah suaminya pergi, Sri sempat tahu ternyata Subandi berpamitan kepada teman seprofesinya di kantor yaitu sesama satpam perumahan kalau hari Minggu kemarin ia akan masuk agak terlambat.
"Minggu pagi berangkat, izin ke kantor berangkatnya terlambat. Kemarin masuk malam," ujarnya.
Ditunggu hingga malam, ternyata Subandi tidak kunjung pulang. Sekitar pukul 24.00, Sri mendapat kabar suaminya meninggal karena terpeleset. Menantu Subandi, Iwan Agus (32) pun segera menuju Gunungkidul untuk menjemput jenazah.
"Sebelum berangkat itu tidak sakit, tapi mungkin di sana kondisinya jadi kurang fit dan terpeleset," pungkas wanita yang memiliki enam anak dengan Subandi itu.
Iwan mengatakan, ia sempat berada di lokasi kejadian karena jenazah mertuanya masih berada di sana. Namun ketika itu hanya ada sopir mobil yang menjemput Subandi.
"Di sana cuma ada sopir mobilnya, tidak kenal siapa," ujarnya.
Ia menambahkan, sebelumnya, saat Subandi berangkat, ia sempat melihat ada dua mobil menjemput, satu mobil berisi laki-laki, perempuan, dan seorang anak dan mobil lainnya berisi sejumlah orang, salah satunya Yayuk (45), korban yang mengalami luka dalam peristiwa itu.
"Ada dua mobil, satu ada bapak, ibu dan anak. Satu mobil lain tidak terlalu tahu, tapi ada mbaknya (Yayuk). Bapak (Subandi) sama rombongan yang ada mbaknya itu," kata Iwan.
Terkait informasi yang mengatakan Subandi adalah paranormal yang memimpin ritual, Iwan mengaku tidak tahu. Setahu Iwan, mertuanya itu tidak memiliki kelebihan yang berhubungan dengan klenik.
"Bapak orangnya biasa saja, tidak seperti itu," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, dua warga Semarang Jawa Tengah terpeleset saat akan melakukan ritual di Gua Langse. Subandi tewas dan baru bisa dievakuasi hari ini, sedangkan Yayuk sempat dirawat di RSUD Panembahan Senopati.
Mereka datang berombongan 8 orang dan salah satu anggota rombongan adalah calon anggota legislatif (caleg) dari parpol yang maju pemilu legislatif 2014 di Semarang untuk melakukan ritual jelang pemilu.
Jenazah Subandi tiba di rumah duka sekitar pukul 13.30 WIB siang tadi. Pihak keluarga menguburkan Subandi di pemakaman umum Bergota Semarang sekitar pukul 16.00 WIB.
(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini