Alat deteksi tersebut saat ini tidak hanya dimanfaatkan masyarakat yang berada di daerah rawan longsor seperti di Karanganyar, Kebumen dan Situbondo. Alat tersebut sudah dimanfaatkan sejumlah perusahaan pertambangan.
"PGE membutuhkan alat ini untuk melindungi pekerja yang berada di lapangan," kata Koordinator Pelaksana dan Pengendali Proyek Geothermal, PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE), Tavip Azimuddin, Jumat (28/2/2014).
Menurut dia, PGE memanfaatkan alat buatan UGM itu untuk alat monitoring dan sistem peringatan dini longsor. Sebab sebelumnya di lokasi PGE Sungai Penuh dan Karaha pernah terjadi longsor dan menelan korban para pekerja saat eksplorasi.
"Dengan alat tersebut yang kita harapkan tidak ada kejadian seperti itu lagi," katanya.
Tavip mengatakan pemanfaatan alat itu karena PGE sebagai salah satu industri pengolahan dan pemanfaatan energi panas bumi di setiap kegiatan harus melakukan upaya mitigasi bencana. Aturan itu sudah ditetapkan pada peraturan pemerintah No 2 tahun 2008 agar kegiatan pembangunan yang memiliki risiko tinggi menimbulkan bencana diwajibkan melakukan analisis risiko bencana.
"Lokasi kita berada di daerah pegunungan dengan tingkat curah hujan tinggi. Potensi yang paling besar terkena bencana longsor dan banjir. Itu yang harus kita mitigasi sebelumnya," katanya.
Salah satu perancang alat deteksi longsor, Prof Ir Dwikorita Karnawati, MSc, PhD, mengatakan alat monitor dan deteksi bencana longsor ini terdiri dari ektensometer, tiltmeter, curah hujan, ultrasonik, dan IP kamera. Alat tersebut memang diperuntukkan untuk mendeteksi bahaya longsor terutama di daerah perbukitan dan pegunungan yang menjadi lokasi sumber panas bumi di Indonesia.
Sebab, letak sumber panas bumi yang berada di kawasan pegunungan umumnya dengan topografi lereng yang cukup terjal, struktur geologi yang komplek dan adanya alterasi yang menghasilkan tanah yang cukup tebal.
"Kondisi ini mengakibatkan daerah panas bumi rentan terhadap kejadian tanah longsor. Hal itu juga untuk melindungi pekerja dan alat-alat di lokasi," katanya.
(bgs/gah)