Namun, sebagian warga menganggap kondisi seperti ini sengaja diciptakan untuk tujuan-tujuan tertentu di tahun pemilihan umum 2014. Syaiful, salah satu warga Pondok Gede, Bekasi, yang rumahnya tak jauh dari lokasi perampokan brutal geng motor Tengki Boys mengatakan, pemberitaan mengenai geng motor terlalu dibesar-besarkan.
"Melebihi apa yang terjadi," ucapnya ketika ditemui detikcom, Jumat (21/02/2014), saat menelusuri jejak kriminal geng motor.
Sebenarnya, menurut dia, kejadian ini bermula ketika dua kelompok anak motor yang melakukan aksi balapan liar terlibat tawuran dan berujung dendam.

Pria yang sehari-hari membuka usaha reparasi telepon seluler di salah satu pusat perbelanjaan di Pondok Gede ini menilai ada pihak-pihak yang dengan sengaja melakukan agitasi agar perselisihan geng motor tetap terjadi. Sebab, oknum tersebut menghendaki suasana kerusuhan seperti ini tetap ada dan terjadi.
“Pasti ada yang ngomporin terus. Biar tetap ada yang ribut,” kata Syaiful. Sebab, dia melanjutkan, perkara keributan atau kerusuhan bukanlah hal baru. Selalu ada dan terjadi pada tahun-tahun menjelang penyelenggaraan pemilu.
Sebagaimana diketahui, 2014 merupakan tahun digelarnya pemilihan legislatif yang dilanjutkan dengan pemilihan presiden. “Biasalah, Mas, kalau mau pemilu mah ada aja kejadian. Kalau sekarang ya ini geng motor ini,” ujarnya.
Menurut Syaiful, tujuan yang dikehendaki oleh oknum-oknum tersebut adalah agar para warga menjadi resah, takut keluar rumah. Setelah keadaan itu tercipta, maka opini masyarakat akan dengan sangat mudah dibentuk dan disamakan. “warga kan jadi takut kemana-mana, resah, baru dah tu entar datang yang mau cari nama,” kata dia memberi pandangan.
Syaiful menekankan, jika benar-benar ingin memberantas geng motor dan aksi-aksinya, pihak kepolisian tentu sanggup melakukannya karena dibekali peralatan dan wewenang. Jadi, sangat tidak masuk akal kalau polisi tidak mampu menertibkan geng motor yang anggotanya kebanyakan didominasi oleh anak baru gede.
“Hercules dan John Kei aja bisa ditangani, masak bocah-bocah ABG kagak sanggup, kan gak msuk akal. Kalau polisi benar-benar mau nertibin geng motor mah pasti bisa,” ujarnya dengan nada pesimistis.
Berbeda dengan Syaiful, Anto, warga Kampung Kebantenan, Jatiasih, Bekasi, yang juga dekat dengan lokasi perampokan brutal geng motor mengaku tidak mengerti dengan pengkondisian-pengkondisian pada masa menjelang pemilu.
Kendati demikian, ia berharap agar pemerintah dapat memberin rasa aman pada masyarakat dengan tidak dilanda keresahan akibat ulah geng motor. “Semoga cepat ditanganil ah biar aman. Sebab yang ditangkap baru sedikit, masih banyak yang belum (ditangkap)," tuturnya.
(idh/brn)











































