"Amerika ingin Indonesia kuat agar stabilitas kawasan terjaga. Lemahnya kondisi sosial-politik Indonesia akan mengakibatkan security cost yang tinggi bagi kawasan dan dunia," kata Dino di Balikpapan, Jumat (21/2/2014).
Menurut Dino, Amerika Serikat dan negara barat saat ini melihat Indonesia dengan sudut dan cara pandang yang berbeda dibanding saat krisis moneter tahun 1998 dulu, apalagi dibanding era 1960-an.
Perubahan pola pandang Amerika terhadap Indonesia, dikatakan Dino, juga dipengaruhi oleh perubahan pola pandang Amerika di kawasan Asia Pasifik, yang dicerminkan dalam kebijakan Pivot.
Menurutnya, sejak serangan 9/11 Amerika dewasa ini merasa perlu mengejar peluang-
peluang baru dalam kawasan Asia Pasifik yang paling dinamis di dunia.
Dalam kalkulasi strategis AS, Asia Tenggara semakin penting nilainya dan karenanya AS harus merangkul dan berhubungan baik dengan Indonesia sebagai negara yang paling punya pengaruh di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Dino, sesuai dengan Deklarasi Kemitraan RI-AS Amerika mendukung penuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan telah menegaskan "hitam diatas putih" tidak mendukung gerakan separatis apa pun di Indonesia.
Ditegaskan Dino, hubungan bilateral Indonesia-Amerika didasarkan pada kesetaraan. Bahkan, dalam beberapa kasus sengketa perdagangan Indonesia menang atas Amerika.
"Kita pernah menuntut Amerika di World Trade Organization (WTO) dalam kasus kretek dan kita menang. Begitu pula dalam persoalan ancaman embargo udang oleh Pemerintah AS," tutur peserta konvensi Capres Demokrat ini.
Terkait persoalan ketahanan dan keamanan, Dino mengatakan akan memberi perhatian lebih kepada pembangunan masyarakat pulau pulau terluar dan daerah perbatasan.
Intensitas kunjungan pemerintah pusat dan pembangunan infrastruktur di perbatasan, menurutnya, harus lebih ditingkatkan.
"Apabila tidak diperhatikan, secara yuridis, pulau terluar tidak akan hilang dari Indonesia. Namun, secara sosial budaya, bisa memudar," katanya.
(fdn/fdn)











































