Kisah Perjuangan Kopassus dan Warga Alirkan Air Bersih ke Desa Terdampak Kelud

Kisah Perjuangan Kopassus dan Warga Alirkan Air Bersih ke Desa Terdampak Kelud

- detikNews
Jumat, 21 Feb 2014 19:41 WIB
(Foto: dok Kopassus)
Jakarta - Air bersih adalah salah satu unsur penting pasca letusan Gunung Kelud, untuk membersihkan debu-debu vulkanik. Bagaimana jika sumber air bersih di desa terdampak itu mampet?

Kondisi Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri sangat porak poranda pasca letusan Gunung Kelud. Seluruh akses jalan tertutup,listrik padam, sumber air tertutup oleh material erupsi.

Satgas bencana Kelud Kopassus pimpinan Mayor Infanteri Wahyu Yuniartoto dengan 41 personel menggunakan 5 unit truk NPS Kopassus, 1 unit mobil Hagglund khusus evakuasi dan 1 unit ambulans bergerak menembus jalan kampung yang pucat pasi diselimuti abu vulkanik, demikian rilis Penerangan Kopassus yang diterima Jumat (21/2/2014).

Jalan perkampungan ditimbun oleh material pasir batu setebal 60 cm di Dusun Sukomoro dan Dusun Laharpang, yaitu dusun yang paling parah kondisinya akibat erupsi Gunung Merapi. Situasi ini sangat memprihatinkan warga karena kekurangan air bersih, 9 bahan pokok dan kesehatan mereka sangat buruk.

Dansatgas Mayor Inf Wahyu segera memerintahkan jajarannya untuk mendirikan tenda Kotis di kampung terdepan dan paling parah kondisinya. Kopassus di bawah Dansatgas Mayor Infanteri Wahyu pun berintegrasi dengan seluruh elemen masyarakat seperti LSM, relawan dan para donatur mencari mampetnya sumber air bersih yang mengalir di kedua dusun itu.

Tindakan medis dan pengobatan massal segera diberikan kepada warga yang mengalami sakit dengan mendirikan posko Kesehatan yang diawaki oleh dokter dan anggota kesehatan Kopassus. Pengiriman logistik 9 bahan pokok terus berjalan,perbaikan fasilitas umum, membuka sekolah anak-anak di lapangan karena selama 1 minggu mereka tidak dapat belajar.

Di tengah-tengah kondisi bencana prajurit Kopassus terus memberikan bantuan kepada korban erupsi Gunung Kelud. Selama 7 hari Satgas Kopassus yang dipimpin Mayor Inf Wahyu Yuniartoto terus bertahan , hingga akhirnya pada tanggal 21 Febuari 2014 pukul 11.00 WIB, pemerintah Jatim menginformasikan penurunan status dari Awas ke Siaga. Dansatgas langsung membentuk tim yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari anggota Kopassus, Kodim, Relawan dan Dinas PDAM untuk bertugas menyusuri saluran pipa air yang mengalir ke 3 desa yaitu Desa Puncu, Desa Asmorobangun dan Desa Sata yang dihuni total 25 ribu warga.

Tim bergerak Jumat (21/2/2014) pukul 08.30 WIB dari Dusun Sukomoro. Perjalanan ditempuh dalam waktu 4 jam,perlengkapan yang dibawa peta, GPS, kompas, dan pipa diameter 20 cm dengan panjang 30 meter.

Dengan menyusuri medan terjal tim yang berjumlah 25 orang itu terus mendaki lereng Gunung Kelud. Medan yang terjal sangat menghambat pembawaan pipa yang dibawa dengan cara dipanggul secara bergantian. Tepat pada ketinggian 1.055 meter dari permukaan laut tim menemukan titik air yang mengalami kerusakan sepanjang 25 meter.

Dansatgas segera memerintahkan untuk melakukan perbaikan dan penyambungan pipa dengan memasang kaki-kaki penopang pipa dalam kondisi hujan mulai turun. Beberapa anggota dari Tim PDAM tampak mulai cemas, rasa takut akan banjir lahar dingin mulai tampak di muka mereka, namun sesuai instruksi Dansatgas tidak ada pekerjaan yang tidak tuntas, semua harus terjawab dengan solusi.

Maka pemasangan pipa terus berlanjut hingga pukul 12.45 WIB pipa selesai terpasang. Akhirnya air di Kecamatan Puncu saat ini sudah teraliri air bersih dan warga dapat mengkonsumsi air bersih kembali.

(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads