AS Kampanye Perubahan Iklim Tapi Tak Ratifikasi Protokol Kyoto, Kenapa?

AS Kampanye Perubahan Iklim Tapi Tak Ratifikasi Protokol Kyoto, Kenapa?

- detikNews
Senin, 17 Feb 2014 17:12 WIB
(Foto: AFP)
Jakarta - Menlu AS John Kerry berpidato mengenai perubahan iklim di Indonesia. Di satu sisi AS tidak meratifikasi Protokol Kyoto, protokol konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim. Namun, mengapa AS secara aktif berkampanye tentang perubahan iklim?

"Kami keluarkan standar-standar baru untuk efisiensi mobil, kami menurunkan emisi penggunaan energi. Kami terlibat dalam penetapan standar pembangkit listrik yang baru dan menjadi lebih ketat. Kami tingkatkan kegiatan ini dalam perubahan iklim," demikian kata Menlu AS John Kerry saat ditanya.

Hal itu disampaikan Kerry dalam jumpa pers bersama Menlu Marty Natalegawa setelah pertemuan Joint Commission di Gedung Kemenlu, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2014).

Menurut Wikipedia, Protokol Kyoto ini sudah diratifikasi sudah diratifikasi oleh 174 negara kecuali AS dan Kazakhstan.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)

"Saya baru pulang dari China, kami sepakat untuk bekerjasama menerima standar-standar yang lebih tepat menghadapi standar 2015. Kami berbangga mengenai tindakan-tindakan ini dari AS," imbuh Kerry.

Sementara Menlu Marty Natalegawa mengatakan Indonesia sendiri sudah berkomitmen mengurangi emisi karbon hingga 40%.

"Di Indonesia kita sudah ada dan telah mengambil beberapa langkah-langkah nyata untuk menangani masalah ini untuk mencapai target pemotongan karbon hingga 40 persen. Upaya kita untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dan lain-lain.
Di saat yang sama dapat memadukan kerjasama perubahan iklim agar menjadi pendorong untuk menjadi diskusi global," tutur Marty.

(nwk/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads