Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama, putra asli Belitung Timur ini mengajak para wartawan merasakan nikmatnya racikan kopi Belitung di sepanjang jalan Manggar.
Tak ada produsen kopi di Belitung Timur. Para pemilik warung kopi ini memasok kopi dari wilayah Lampung dan Jakarta. Yang membuat cita rasa kopinya begitu khas dari cara memasak bubuk kopi dan ampas kopi yang selalu diseduh berulang kali.
"Yang membedakan kopinya hanya dari cara dia menyeduh dan seberapa tebal daki (ampas kopi) yang nempel di saringannya," kata Ahok di warung kopi (warkop) Afuin yang berada di tengah jalan Manggar, Belitung Timur, Sabtu (15/2/2014) malam.
Warkop Afui hanya satu diantara puluhan Warkop yang ada di Jalan Manggar. Saking banyaknya Warkop, jalan ini sampai disebut jalan 1001 warung kopi.
Warkop Afui adalah salah satu warung yang melegenda dan dipenuhi banyak pengunjung. Warung ini sangat sederhana. Bangunannya lebih didominasi dengan material kayu yang sudah lama dengan luas sekitar 36 meter. Meja dan kursinya masih terbuat dari kayu dengan model meja dan kursi yang dibuat memanjang.
Pukul 20. 00 WIB, Warkop Afui sudah mulai ramai dipenuhi para pecinta kopi. Kedatangan rombongan Ahok semakin membuat Warkop ini penuh.
Di salah satu sudut dapur, Anyen pemilik warung ini sedang sibuk mengeluarkan gelas-gelas tambahan untuk melayani pengunjungnya. Ia pun bercerita kedainya dibuka pertama kali tahun 1969 namun masih berupa toko klontong. Ia memulai bisnis menjual kopi di tahun 1989.
"Karena orang-orang disini dulu sudah mulai suka duduk-duduk di warung. Saya coba buka Warkop dan ternyata ramai," ungkapnya.
Ia menjadi saksi perkembangan warung kopi di sepanjang jalan Manggar. Dari hanya 5 warung kopi, kini di malam hari jumlahnya bisa mencapai 60an warung.
Setiap hari, Anyen memasok 2 Kg kopi dari salah satu pemasok kopi kelas A di Belitung dengan harga Rp 48 ribu per kilo. Ia sengaja tak memasok banyak bubuk kopi agar menjaga kesegarannya.
Di Belitung, warung kopi ini sebagian besar baru akan buka dari siang hari sekitar pukul 13.00 WIB hingga larut malam. Biasanya, Warkop-warkop ini penuh sekitar pukul 14.00 dan pukul 18.00 WIB.
Konsep yang diusung setiap Warkop juga beragam. Ada yang membuat warungnya sebagai tempat nongkrong, namun ada juga yang memang sebagai benar-benar untuk ngopi seperti warung Afui.
"Memang orang disini hobinya ngopi. Orang tahunya kesini buat ngopi. Memang ada yang buat orang duduk-duduk. Tapi kalau disini, paling lama mereka duduk hanya setengah jam," ungkapnya.
Menurut salah satu pengunjung, Ahmed (40) kopi yang dibuat Afui memang berbeda. Aroma kopi dan rasanya sangat kuat akhirnya membuat Ahmed ketagihan ngopi di warkop ini.
"Saya sudah coba hampir semua warkop disini. Memang disini yang rasanya khas," ujar Ahmed.
Menurut Ayen, aroma dan rasa kopi yang kuat ini karena terus-menerus ditim dengan api sedang. Bubuk kopi yang diletakkan dalam saringan berbentuk kerucut baru digantinya jika air kopi sudah mulai kental dan berubah rasa.
Hingga hari ini, Anyen sudah tak menyeduh kopi lagi. Ia telah menurunkan resep pembuatan kopinya ke anak-anaknya. Kini, Sumiati yang melanjutkan pekerjaan bapaknya untuk menyeduh kopi. Ia adalah generasi ke 8 penyeduh kopi di warkop Afui.
Tak harus merogok kocek dalam-dalam. Secangkir kopi O (kopi hitam) diberi harga Rp 4000. Kopi susunya dihargai Rp 5000. Harga yang sama juga berlaku untuk teh O (teh manis) dan teh susu.
Dengan harga yang tak terlalu mahal, setiap harinya Anyen mengaku mendapat untung hingga Rp 3 juta. Ia sudah dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat universitas di Jakarta.
Wakil Gubernur DKI, Basuki T Purnama yang mendatangi warung kopi tersebut mengaku hanya sesekali datang ke warung kopi. Ia tak suka minum kopi tapi sangat suka dengan aroma kopi.
"Aku cuma suka baunya saja. Tapi kalau rasa, menurutku sama saja semuanya," ujar Ahok sambil bercengkarama dengan warga yang juga sedang minum kopi.
Sarwo Handayani, Deputi Gubernur Bid. Tata Ruang DKI mengaku sangat puas mencoba kopi Belitung. Namun, ia tak berani mencoba kopi karena takut tak bisa tidur.
"Enak kan?? Beda kan rasanya dengan yang di Jakarta?," kata wanita yang disapa Yani ini.
(bil/kha)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini