Gambar tersebut diambil dari situs blog rovicky.wordpress.com milik Rovicky Dwi Putrohari, Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia yang dikutip detikcom, Jumat (14/2/2014).
Menurut Rovicky, sebelum meletus pada 2007, puncak Gunung Kelud adalah 'danau yang terisi air'. Lantas pada November 2007, Gunung Kelud meletus namun tidak eksplosif.
"Meleleh, hanya mengangkat magma hingga membentuk kubah yang menutup danau," demikian kata Rovicky yang dihubungi detikcom hari ini.
Sebelum meletus, pada September 2007 hingga November 2007 ada beberapa gejala: air danau di atas puncak gunung itu meningkat suhunya hingga 74 derajat Celsius dari normalnya 40 derajat Celsius, ada gempa kecil alias tremor hingga mengubah warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan pembentukan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus 'tumbuh' hingga berukuran selebar 100 m.
"Para ahli vulkanologi menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990," tulis Rovicky.
Selebihnya, Rovicky tetap mengimbau masyarakat menerima perkembangan informasi aktivitas Gunung Kelud hanya dari PVMBG.
Keterangan dari foto di atas:
2006, ketika ada danau di kawah Gunung Kelud
2007, sumbat Gunung Kelud yang terbantuk tahun 2007. Danau kawah Gunung Kelud praktis βhilangβ karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
2014, sumbat ini terodorong oleh aktifitas magma tahun 2014 yang menyebabkan kerasnya dentuman yang terdengan hingga di Yogyakarta pada jarak 200 Km dari puncak Gunung Kelud.
(nwk/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini