"Untuk apa dia diuji apabila nilainya tidak dipakai untuk nantinya? Tetap ada seleksi, namun berbasis prestasi, namun tes tidak. Seleksi untuk berbasis prestasi adalah seleksi yang dilakukan untuk masuk SMP dan SMA," kata Mendikbud M Nuh.
Hal itu disampaikan Mendikbud M Nuh dalam jumpa pers tentang buku kurikulum 2013 untuk tahun ajaran 2014 di kantornya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (13/2/2014).
Pihaknya nanti akan memberikan pengertian bahwa nilai ujian dan nilai rapor selama belajar di jenjang SD dan SMP sudah cukup memadai untuk menjadi saringan masuk. Pula, tes akan menambah beban biaya siswa.
"Apabila mereka (sekolah) melakukan tes itu, tentu akan ada cost yang dibebankan kepada murid," imbuhnya.
Nuh menjelaskan beda tes dan seleksi. Tes adalah model seleksi yang dilakukan saat itu juga tanpa mempertimbangkan rekam jejak siswa itu. Sedangkan seleksi menggunakan hasil pencapaian siswa selama di sekolah. Seleksi ini bahkan berlaku hingga masuk ke Perguruan Tinggi (PT). Ketiadaan tes juga mengurangi kecurigaan pihak sekolah dan calon siswa baru,
"Hendaknya capaian jenjang di bawahnya bisa dipakai untuk masuk ke jenjang di atasnya. Selama para pelaksana saling curiga dan salng tidak mengakui, tidak akan selesai. Kalau kita terjebak di urusan curiga terus, tidak akan selesai. Makanya hasil UN itu dapat dipakai di PT untuk memberikan saling pengakuan antara input output dan pelaksana. Seleksi dipakai, tapi tanpa tes. Seleksi yang dipakai adalah dari hasil prestasi murid tersebut sebelumnya," jelas dia.
Sistem seleksi siswa baru ke SMP-SMA ini akan diluncurkan pada awal Maret 2014.
(nwk/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini