Tolong, Penjaga MCK Ini Butuh Bantuan Obati Ibunya yang Tak Berdaya

Tolong, Penjaga MCK Ini Butuh Bantuan Obati Ibunya yang Tak Berdaya

- detikNews
Kamis, 13 Feb 2014 15:38 WIB
Jakarta - Di tengah teriknya matahari, terdengar rintihan yang memekakkan telinga. Suara itu rupanya berasal dari dalam sebuah rumah mungil di Jl Karet Pasar Baru Barat, Jakarta. Sekilas terlihat, seorang nenek tengah berbaring di lantai dengan kondisi prihatin.

Nenek itu tak memakai pakaian sehelai pun. Kaki kirinya diamputasi sehingga tak bisa bergerak secara leluasa. Kondisi kejiwaannya pun memprihatinkan. Kadang dia meronta, kadang diam. Tak ada tetangga yang meresponsya meski dia berteriak-teriak. Saat didatangi, dia sedang sendirian di dalam rumah.

"Benar itu Ibu saya, namanya Bu Tama. Sudah lebih dari tiga tahun ini kakinya diamputasi jadi nggak bisa ngapa-ngapain dan ke mana-mana," ungkap Yono, anak kedua dari perempuan berusia 88 tahun itu saat disambangi detikcom di rumahnya, Jl Karet Pasar Baru Barat II RT 01/05, Kamis (13/2/2014).

Ibu Tama memiliki lima anak, tiga di antaranya sudah cukup lama meninggal. Hanya Yono dan adik keempatnya, Elniati, yang masih setia menemaninya. Sehari-hari Ibu Tama tinggal bersama Elniati dan suaminya.

Semula kehidupan mereka baik-baik saja, sampai akhirnya suatu ketika terdapat luka borok di telapak kaki Ibu Tama. Tak tahan dengan baunya, suami El, panggilan Elniati, terus mengeluh dan memaksa pihak keluarga untuk mengamputasi kaki Ibu Tama.

"Luka boroknya sih kecil, tapi katanya bau dan dia nggak tahan jadi maksa untuk diamputasi. Ya sudah, akhirnya daripada ribut terus saya dan El ngalah setuju. Jujur, sampai sekarang saya sangat menyesal," ungkap bapak lima orang anak ini.

Alih-alih menyelesaikan masalah, pasca kehilangan kaki, Tama kondisinya semakin memburuk. Ia kehilangan kemampuan untuk beraktivitas alias lumpuh seketika. Alhasil, setiap harinya Ibu Tama selalu duduk terpaku di dekat pintu rumahnya tanpa bisa beranjak ke mana pun.

Mengenaskannya lagi, ia pun tidak bisa mengenakan pakaian. "Jangankan ganti baju, buang air kecil dan besar saja di lantai itu juga. Jadi setiap hari, saya selalu membersihkan lantai rumah dan tubuhnya yang dilumuri itu. Saya nggak geli atau jijik, karena bagaimana pun itu orangtua saya satu-satunya jadi tetap saya bersihkan," tutur Yono.

Yono menceritakan ayahnya sudah lama tutup usia. Dulu mereka hidup berkecukupan karena sang ayah bekerja di sebuah bank terkemuka. Tapi bak rollercoaster, kehidupannya sekarang berbanding 180 derajat. Tanpa ingin berburuk sangka, pria berusia 50 tahun ini menduga ibunya tersungut karma.

"Saya nggak tahu ya, mungkin ibu kena karma karena dulu sering ngata-ngatain ayah saya dengan kasar. Sebelum ayah meninggal pun, ibu belum sempat minta maaf," kata Yono.

Apakah Ibu Tama tidak pernah diobati atau dibawa ke dokter?

"Sudah mbak. Biasanya kan kalau dibawa ke dokter menunjukkan perbaikan, ini mah nggak. Percaya nggak percaya, kalau kata orang pintar ibu saya ini dipasangi susuk di mulut dan punggungnya," cerita Tama dengan setengah berbisik.

Yono mengatakan, Ibunya pernah dipasangi susuk sewaktu gadis oleh orang pintar asal Banten dan Betawi. Tapi sayang, kedua orang itu kini sudah tak lagi ada. Sehingga, susuk masih dengan setia menempel di tubuhnya.

Tak tega melihat kondisi Ibunya yang kian hari kian memilukan, Yono mengaku ikhlas apabila susuk Bu Tama dicabut. "Saya, El dan Ibu sebenarnya sudah setuju ikhlas dicabut susuknya. Daripada begini terus keadaannya, kayak hidup nggak mati juga nggak. Menderita dan siapa yang tega sih lihatnya juga," kata Yono.

"Saya harap ada orang pintar yang mau bantu cabut susuk Ibu saya. Karena Ibu saya ini nggak bisa apa-apa lagi, antara badan bagian atas sama bawah udah nggak seimbang," lanjutnya sambil melamun penuh haru.

Pria yang ditinggal pergi istrinya sejak lima tahun lalu ini juga mengungkapkan, dirinya kerap meminta bantuan RT-RW setempat mengenai kondisi keluarganya. Ketua RW di tempatnya sempat menawarkan Ibu Tama dimasukkan ke panti sosial agar ada yang merawat dan memperhatikannya lebih baik lagi.

"Ditawarin ke panti sosial. Saya sih nggak masalah, tapi saya belum tega nanyain ini ke El karena dia lagi sakit dan dirawat di rumah sakit. Saya nggak mau gegabah ambil keputusan ini sendiri, saya nggak mau durhaka lah sebagai anak. Jadi saya harus tunggu El sembuh dan pulang dulu, baru omongin ini ke dia dan Ibu saya," jelas pria yang sehari-hari menjadi penjaga MCK di dekat bantaran kali kepada wartawan.

Meski demikian, ia tidak terima bila ada yang mengatakan Ibunya stress atau hilang akal. "Ibu saya nggak stress lho, cuma mungkin beberapa orang menganggapnya begitu karena dia nggak pakai baju," ceritanya.

(mad/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads