Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan selama tiga bulan, pria kelahiran Bogor, 5 September 1991, ini memiliki berbagai kesibukan.
Telah tiga bulan belakangan ini Muhyi bekerja. Terkadang ia bekerja menjadi buruh bangunan. Tapi lebih sering sebagai sopir di sebuah rental mobil. Ia menjadi juru mudi mobil ke berbagai daerah seperti Cirebon, dan berbagai kota di Jawa Tengah.
Bahkan, Muhyi yang hanya lulusan sekolah dasar ini sudah bisa membantu ekonomi orang tuanya. โDia sekolah sampai SD doang, gak mau ngelanjutin, emang maunya masuk pesantren. Abangnya mah sampai SMA," ungkap Ayah Muhyi, Abdul Karim saat ditemui detikcom di rumahnya di daerah Serua, Bojongsari, Depok, Selasa (11/02/2014).

Ibu Arah, ibunda Muhyi menimpali, setiap anak kesayangannya itu pulang, sering memberi duit dalam jumlah yang berbeda-beda. Jumlah paling sedikit adalah sebesar Rp 100 ribu. "Sisanya ya buat kebutuhan dia, makannya di luar sono," ujar Arah dengan dialek Betawinya.
Menurut Ibu Arah, Muhyi sudah ikhlas menerima peristiwa memilukan yang dialaminya pada Mei 2013 lalu itu. Muhyi kini merupakan sosok yang telah bangkit. Semangat hidupnya telah kembali.
Banyak dukungan semangat yang Muhyi terima dari teman-teman dan orang lain. Begitu pun dengan ibunda yang selalu menemani dan memberi semangat pada Muhyi sejak masih menjalani perawatan di rumah sakit. โDia sekarang udah semangat banget, lebih semangat dari sebelumnya," kata Arah dengan wajah girang.
Sekarang ini pihak keluarga benar-benar menjaga agar Muhyi tidak diajak untuk membicarakan tragedi pemotongan alat kelamin. Keluarga sangat khawatir hal itu bisa membuat ingatan Muhyi kembali ke peristiwa tragis tersebut yang dapat membuat semangat dan mental Muhyi jatuh lagi.
(idh/brn)