Korban Potong Kelamin Itu Kini Rajin Mengaji

Balada Abdul Muhyi

Korban Potong Kelamin Itu Kini Rajin Mengaji

- detikNews
Kamis, 13 Feb 2014 14:01 WIB
Abdul Muhyi saat menjalani perawatan di rumah sakit.
Jakarta - Tragedi pada 23 Mei 2013 itu tak bisa dilupakan Abdul Muhyi dan keluarganya. Alat kelamin pria yang saat itu berusia 22 tahun tersebut dipotong oleh Neneng, teman wanita yang belum lama dia kenal. Namun seolah ingin melupakan tragedi tersebut keluarga Abdul Muhyi tak mau kasus itu diungkap kembali.

Abdul Muhyi pun kini telah mulai menjalani kehidupan barunya. Bekerja serabutan; kadang bekerja di sebuah proyek bangunan atau menjadi sopir di sebuah penyewaan mobil. Kesibukannya pun bertambah. Karena selain bekerja, dia juga menjadi pengajar di sebuah pengajian anak-anak di daerah Cinangka, Depok.

Selain itu pria yang akrab disapa Muhyi ini seminggu sekali mengaji di sebuah pesantren di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. “Dia sekarang semangat banget, lebih semangat dari sebelumnya. Rejekinya juga jauh lebih baik sekarang dari sebelum kejadian,” kata Arah, Ibu Muhyi kepada detikcom, Selasa (11/2) lalu.





Sejumlah kegiatan tersebut membuat Abdul Muhyi menjadi jarang pulang ke rumah. Ayah Muhyi, Abdul Karim menyebut belum tentu dalam satu pekan anaknya pulang ke rumah. Kalaupun pulang, hanya sebentar.

Tidak banyak hal yang dilakukan Abdul Muhyi jika sedang pulang ke rumah. Biasanya hanya untuk mengganti pakaian, atau pun istirahat jika ia pulang dan bermalam di rumah. Setelah itu dia bekerja lagi.

“Dia sekolah sampai SD doang, gak mau ngelanjutin, emang maunya masuk pesantren. Abangnya mah sampai SMA. Dia udah punya SIM A, ya itu baru ngurus SIM, 15 hari kemudian itu kejadian (kelaminnya dipotong),” papar Abdul Karim.

Setelah bekerja, Abdul Muhyi juga sering memberi uang ke orangtuanya. Baik Abdul Karim maupun istrinya tidak mengetahui secara rinci berapa penghasilan Muhyi. Namun setiap Muhyi pulang, sering memberi uang ke ibunya dalam jumlah yang berbeda–beda. Jumlah paling sedikit adalah sebesar Rp 100 ribu.

“Paling dikit ngasihnya Rp 100 ribu. Sisanya ya buat kebutuhan dia, makannya di luar sono, ya untuk rokoknya juga, dia kan ngerokok, gak tahu rokoknya apaan,” kata Arah.

Keluarga Abdul Muhyi tinggal di Serua Utara, RT 01 RW 02 Kelurahan Serua, Kecamatan Bojong Sari, Depok, Jawa Barat. Rumahnya begitu asri dengan gaya Betawi yang kental. Ada berbagai jenis pepohonan tumbuh subur di pekarangan seperti; pohon pisang, rambutan, dan pepaya.

Rimbunnya dedaunan membuat cahaya matahari seolah tak sanggup menyinari tanah di bawahnya. Rumah Abdul Muhyi dan orang tuanya merupakan bangunan lama yang masih terawat. Di depannya, terdapat sebuah bale berukuran lebar yang terbuat dari papan.

Bale itu menempel ke dinding depan sisi kiri rumah. Di sebelah bale, terdapat kandang ayam yang terdiri dari beberapa tingkat. Di setiap tingkatnya, terdapat sekitar 4 ruang kecil untuk ayam. Di sisi kanan bagian depan rumah, terdapat dua buah gerobak jualan.

Di sebelah gerobak tersebut terdapat sebuah kolam kecil berisi ikan mas. Sedangkan di sebelah atau samping kiri rumah terdapat seekor tupai yang berada di dalam kandang yang terbuat dari kawat.

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads