Gubernur Lemhanas: Kisah Usman Harun Tak Perlu Masuk Kurikulum Sekolah

Gubernur Lemhanas: Kisah Usman Harun Tak Perlu Masuk Kurikulum Sekolah

- detikNews
Kamis, 13 Feb 2014 11:50 WIB
Jakarta - Banyak masyarakat Indonesia yang mungkin baru mengetahui sosok Serda Usman dan Kopral Harun dalam polemik penamaan KRI Usman Harun. Apakah dengan kondisi seperti ini perlu nama Usman Harun masuk dalam kurikulum di Indonesia?

"Tidak perlu masuk kurikulum khusus (Usman Harun) terlalu detail," ujar Gubernur Lemhannas Budi Susilo Soepandji di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (13/2/2014).

Menurut Budi yang terpenting itu bagaimana kita sebagai warga Indonesia menghargai pahlawan. Selain itu, jumlah pahlawan nasional juga cukup banyak, sehingga akan sulit untuk secara spesifik mempelajarinya satu per satu.

"Pahlawan itu kan banyak banget, tidak harus dijadikan kurikulum (Usman Harun), Indonesia sudah mengatakan dia itu hero," jelasnya.

Budi menjelaskan, sebagai warga Indonesia wajib mempelajari sejarah meskipun nama pahlawan tersebut tidak masuk dalam kurikulum. "Dalam mempelajari sejarah, kita harus tahu mana aja yang pahlawan Indonesia, tapi tidak secara khusus harus masuk kurikulum, yang terpenting pahlawan Indonesia harus dipelajari," terangnya.

Usman dan Harun melakukan aksi pemboman bersama seorang prajurit KKO lainnya Gani bin Aruf pada 1965. Saat itu konfrontasi memang tengah pada puncaknya. Gedung di pusat bisnis di Orchard Road jadi sasaran peledakan. 3 Warga meninggal karena ledakan itu.

Usai melakukan peledakan, 3 orang itu melarikan diri. Tapi nahasnya, Usman dan Harun tertangkap. Hanya Gani saja yang lolos. Usman dan Harun kemudian diadili dan pada 1968 dihukum gantung oleh pemerintah Singapura yang sudah dimerdekakan Inggris

(tfn/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads