Di situlah Abdul Muhyi, -pria yang pernah menjadi korban pemotongan alat kelamin-, tinggal. Bersama keluarga dia mendiami sebuah rumah yang terletak di Serua Utara, RT 01 RW 02.
Saat detikcom datang ke rumah tersebut Selasa (11/2) lalu Abdul Karim, -ayah Abdul Muhyi- tengah memperbaiki sebuah gerobak bercat warna hijau. Lelaki paruh baya tersebut berprofesi sebagai pedagang buah keliling. Pisang, rambutan dan buah-buahan lainnya yang merupakan hasil dari kebun sendiri, dia jajakan dengan berkeliling dari kampung ke kampung.
Sementara Abdul Muhyi sudah tiga bulan terakhir jarang pulang. Pria berusia 23 tahun itu kini bekerja serabutan. Terkadang ia bekerja menjadi buruh bangunan atau menjadi supir di sebuah rental mobil. Ia menjadi juru mudi mobil ke berbagai daerah seperti Cirebon, Jawa Tengah dan lainnya.
Menurut Abdul Karim, Muhyi tidak menentu pulang ke rumah. Terkadang Muhyi pulang siang hari, namun hanya satu jam berada di rumah lalu langsung pergi lagi. Tidak jarang juga Muhyi pulang pada malam hari sekitar pukul 22:00 atau 23:00 WIB. Muhyi bisa dua atau tiga hari lebih baru kembali ke rumah.
“Kalau tidak pulang, kita ngebel (menelpon) dia, pulang gak, atau kapan pulang. Dia mah bisa di mana bae, di Cinangka di tempat pengajiannya ngajar anak-anak. di rental, di pesangtren,” ujar Abdul Karim kepada detikcom Selasa (11/2) lalu.
Muhyi kini merupakan sosok yang telah bangkit setelah mengalami tragedi pemotongan kelamin pada bulan Mei tahun 2013 lalu. Akibat kejadianya itu, ia terpaksa menjalani perawatan intensif sekitar hampir 3 bulan di rumah sakit. Biaya rumah sakit dibiayai oleh keluarga Muhyi dan keluarga pelaku pemotongan, serta pemerintah.
Setelah keluar dari rumah sakit, Muhyi kembali ke rumah. Dia telah ikhlas menerima peristiwa pahit tersebut. Semangat hidupnya telah kembali. Banyak dukungan semangat yang ia terima dari teman-teman dan orang lain.
Begitu pun dengan sang ibu yang selalu menemani dan memberi semangat pada Muhyi sejak masih menjalani perawatan di rumah sakit. Kini, Muhyi sangat semangat menjalani kehidupan barunya.
Bahkan, rezeki Muhyi jauh lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum tragedi yang memilukan itu. Tidak hanya dalam urusan bekerja, dalam segi ibadah, Muhyi juga menjadi lebih tekun dalam beribadah.
Seperti ibadah Salat 5 waktu dan lainnya. Muhyi kini juga mengajar di pengajian anak-anak di daerah Cinangka, Depok. “Dia sekarang semangat banget, lebih semangat dari sebelumnya. Rezekinya juga jauh lebih baik sekarang dari sebelum kejadian,” kata Arah, Ibunda Muhyi.
Penampilan Muhyi pun kini jauh lebih rapi dari sebelumnya. “Dia (Muhyi) sudah semangat, sudah kerja, penampilannya juga sudah rapi. (kejadian itu) Sudah ditutup dalam-dalam, kini dia rajin mencari duwit,” kata Maemunah, salah satu tetangga Abdul Muhyi.
(erd/erd)











































