"Sejak 1968 sampai 1973 hubungan Indonesia memburuk dengan Singapura," jelas sejarawan Asvi Warman Adam saat berbincang dengan detikcom, Rabu (12/2/2014).
Aksi pemboman yang dilakukan Usman dan Harun pada 1965 di pusat bisnis Singapura di kawasan Orchad dianggap kejahatan besar negeri Singa itu. Lobi Indonesia agar hukuman mati Usman Harun dibatalkan tak digubris.
"Saat itu orang-orang Indonesia banyak yang berdemonstrasi, menyerukan perang dengan Singapura," urai Asvi.
Hingga pada 1973, PM Lee Kuan Yew berkunjung ke Indonesia. Menurut Asvi, penasihat Lee menyarankan agar dia menabur bunga di makam Usman Harun di Kalibata. Ada juga juga versi lain, yakni Soeharto memberi syarat agar Lee menabur bunga di makam Usman Harun kalau berkunjung ke Indonesia.
"Cara Lee Kuan Yew dengan menabur bunga itu untuk mengambil hati Soeharto dan masyarakat Indonesia. Tabur bunga itu juga sebagai permintaan maaf dari Singapura," terang Asvi.
Setelah aksi tabur bunga itu, perlahan hubungan Indonesia dan Singapura mulai mencair kembali normal. Urusan diplomatik kembali pulih.
"Tabur bunga melunakkan, mencairkan hubungan. Setelah itu hubungan mulai normal," tutupnya.
(ndr/gah)