Lewat Kain Perca Kraviti, Titin Semangati Napi Wanita Sukamiskin

Get Inspired BBC

Lewat Kain Perca Kraviti, Titin Semangati Napi Wanita Sukamiskin

- detikNews
Jumat, 31 Jan 2014 18:53 WIB
Manado, - Sudah 2 tahun terakhir, Titin Agustina merambah bisnis butiknya ke Lapas Wanita Sukamiskin Bandung. Bukan untuk menjual produknya, tapi memberikan pelatihan kerajinan butik batik menggunakan sisa kain jahitan alias kain perca.

Motivasi Titin cukup sederhana, karena tingginya angka kriminalitas di kota Bandung. Lantas, apa hubungannya dengan pelatihan kerajinan kain perca?

"Kriminalitas di Bandung meningkat. Ketika saya berkunjung ke lapas, mereka bertanya-tanya kira-kira apa yang bisa mereka lakukan setelah dari sini. Sedangkan mereka tidak mau lagi masuk ke lapas," ujar Titin dalam diskusi 'Get Inspired' yang digelar BBC Indonesia bekerjasama dengan detikcom di Universitas Samratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (30/1/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diskusi enterpreneship itu diikuti sekitar 300 pelajar dan mahasiswa.

Titin merintis butik batik dari kain perca sejak 2009. Titin mengakui idenya membangun bisnis kain perca mengambil inspirasi dari usaha serupa di Yogyakarta. Namun dia mengembangkan dengan desain berbeda.

Saat memulai usahanya, Titin hanya memiliki modal Rp 3,5 juta tanpa keahlian menjahit. Namun keinginan untuk membantu meningkatkan perekonomian orang-orang sekitar tempat tinggalnya yang membuat perempuan kelahiran 1981 ini percaya diri usahanya akan sukses.

Titin lalu memberdayakan 5 orang ibu di sekitar rumahnya dengan tujuan membantu perekonomian mereka. Seiring berjalannya waktu, tersisa 2 ibu saja yang bertahan.

Baru tahun 2012, wirausaha Titin dengan brand 'Kraviti' ini masuk ke dalam lapas wanita Sukamiskin. Bermula dari keprihatinan, Titin mencoba memberi pelatihan menjahit kain perca kepada sejumlah napi wanita. Sambutan para napi atas inisiatif Titin sangat luar biasa.

Saat ini ada 10 napi wanita, salah satunya warga negara Iran, yang 'bekerja' pada Titin. Titin mempercayakan seorang supervisor untuk mendampingi mereka secara reguler pasca latihan yang diberikan.

Secara reguler, supervisor tersebut mendistribusikan kain-kain perca batik sisa pabrik. Setelah mereka menjahit sesuai desain, supervisor tersebut mengambil dan menyerahkan produk jahitannya kepada Titin. Terkadang Titin sendiri yang mengambil langsung ke para napi. Titin kemudian memasarkannya melalui internet dan toko butik yang telah terjalin sebagai mitra.

Produk-produk yang dihasilkan seperti bed cover, alas piring, bantal kursi, tutup galon, tempat tisu, tas, dompet, hingga lukisan. Kebanyakan produknya berupa house ware alias produk rumah tangga.

Peminat produk-produk Kraviti cukup banyak. Bahkan hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, Belanda, Amerika Serikat, Singapura, dan Australia.

Di dalam negeri, produk-produk kain perca Batik Kraviti-nya dapat ditemui di Grand Indonesia Jakarta, Smesco, Pendopo Alam Sutra Tangerang dan tiga tempat di Bali, yakni Butik Asian Touch, Sanur dan Seminyak.

Harga produk buatan Kraviti bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hinga Rp 1 juta. Tahun lalu omzet Kraviti sudah Rp 130 juta.

"Keuntungan dari penjualan Kraviti ini, sebagiannya kita kasihkan kepada para napi itu sebagai hasil kerja keras mereka," jelas Titin.





(rmd/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads