Pekanbaru - Belasan kerbau di Kabupaten Kampar Riau ditemukan mati akibat terserang virus anthrax. Karena itu masyarakat diimbau untuk tidak mengonsumsi daging kerbau tersebut. Dalam sebulan ini, masyarakat pemilik ternak kerbau mulai resah dengan menyebarnya virus anthrax. Dari hasil uji laboratorium dapat dipastikan kerbau yang mati di Kampar terserang virus antrax."Dari hasil laporan Dinas Peternakan di Kampar, kerbau yang tewas tersebut positif terserang virus anthrax," kata Sekda Kabupaten Kampar, Zulher saat dihubungi detikcom, Rabu (1/12/2004) di Kampar. Dia menjelaskan, belasan kerbau lainnya di Kecamatan Tambang dan Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar juga positif terserang virus anthrax. "Untuk mencegah penyebaran virus tersebut, sejumlah ternak di dua kecamtan itu kita anjurkan untuk diisolasi untuk dilakukan pengobatan," kata Zulher. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Ekmal Rusdy mengimbau masyarakat Riau dan sekitarnya untuk tidak mengonsumsi daging kerbau yang terkena anthrax. Apalagi ada dugaan daging kerbau yang dijual di sejumlah pasar tradisonal telah terjangkit virus anthrax.Menufut Ekmal, sebagian orang menganggap daging kerbau yang terkena anthrax akan mati setelah dimasak. Namun hal itu tidak menjadi zaminan akan bebasnya kumat penyakit."Secara logis saja, setiap orang harus makan dari bahan-bahan yang dipastikan sehat. Mungkin jika dimasak matang, virus penyakit pada dagingnya dapat mati, tetapi racunnya dikhawatirkan tetap ada dan membahayakan tubuh manusia," kata Ekmal Rusdy kepada detikcom.Sementara itu, salah seorang warga pemilik ternak kerbau di Dusun Empat Padang Bama Kecamtan Tambang, Yusri (57) mengaku, dalam sepakan ini terpaksa menjual lima ekor kerbaunya yang terserang virus anthrax tersebut.Menurutnya, sejak Oktober lalu, dia sudah kehilangan 7 ekor dari 28 ekor kerbau yang dia miliki. Karena takut ternaknya banyak yang mati dan akan menanggung kerugian besar, sejumlah ternaknya yang menunjukan tanda-tanda panyakit anthrax dia jual dengan cepat."Harga jual kami turun dratis. Padahal biasanya satu ekor kerbau dewasa bisa mencapai Rp 4 juta. Sekarang untuk menjual seharga Rp 2 juta saja sudah payah," kata Yusri.Menurut Yusri yang sudah puluhan tahun berternak kerbau itu, sejumlah tanda-tanda ternaknya terserang anthrax antara lain, kerbau itu nafsu makannya berkurang. Malah kadang tidak mau lagi merumput atau berkubang di air. Kerbau hanya terdiam atau terduduk tanpa mau makan yang tak lama kemudian mati.Masyarakat di Kampar lebih mengenal penyakit anthrax dengan istilah penyakit ngorok. Penyakit ini diperkirakan saban tahun muncul di Kampar. "Sebuah peristiwa besar, terjadi pada tahun 1958 silam, ratusan ekor kerbau di Riau mengalami kematian massal. Pada tahun itu, populasi kerbau di Kampar habis total," kata Yusri.Dengan kembalinya wabah penyakit ngorok ini, sejumalh peternak di Kampar mulai resah. Mereka khawatir kejadian peristiwa 46 tahun silam itu akan terulang kembali. Apalagi biasanya menjelang hari Idul Adha, merupakan musim panen bagi peternak kerbau di Kampar. Tapi, tahun ini mereka terkana musibah."Biasanya sehabis Idul Fitri ini, saya sudah mendapat pesanan minimal 10 ekor kerbau untuk kurban Idul Adha. Tapi sampai sekarang, saya belum menerima satu pesan pun untuk kurban itu. Mungkin masyarakat takut mengonsumsi daging kerbau," keluh Yusri.
(nrl/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini