Psikolog: Pelecehan Seksual Bukan Karena Rok Mini

Pelecehan Seksual di Transjakarta

Psikolog: Pelecehan Seksual Bukan Karena Rok Mini

- detikNews
Rabu, 29 Jan 2014 18:11 WIB
Antrian penumpang bus Transjakarta. (foto-detikcom)
Jakarta - Zoya Amirin tak sepakat, jika disebut pakaian wanita sering memancing terjadinya pelecehan seksual. Menurut psikoseksual yang juga pengajar di Universitas Indonesia itu, aktivitas pelecehan seksual terjadi bukan karena faktor dorongan dari perempuan.

β€œDia (pelaku pelecehan seksual) memilih korban sama sekali bukan karena pakaian seksi sehingga dia terangsang. Jadi bukan karena dibilang pakai rok mini atau baju ketat, tapi ini orang memang terganggu, dia punya penyakit, buat dia yang penting perempuan, selama dia bisa ngegesekin alat kelaminnya ya sudah,” kata Zoya kepada detikcom, Selasa (28/1).

Bahkan menurut Zoya, perempuan yang menggunakan pakaian tertutup seperti berjilbab sekalipun, tak lepas dari sasaran para pengidap gangguan perilaku seksual ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

β€œMahasiswi saya di UI, banyak yang naik kereta dan enggak terlepas dari pelecehan meskipun mereka pakai jilbab yang longgar. Jadi perempuan mesti waspada, terlepas dia pakai baju seksi atau pakai jilbab pun, bisa kena sebab yang dipikirin pelaku hanya mana perempuan yang paling dekat (dari tempatnya berdiri) jadi sasaran empuk dia gesekin,” papar Zoya.

Modus pelecehan seksual yang sering terjadi di angkutan umum menurut Zoya masuk dalam kategori Frotteurism. Pelaku suka menggesekkan alat kelaminnya ke tubuh orang lain. Ganguan ini adalah cabang dari paraphilia atau kelainan seksual.

Pelaku akan mendapatkan kepuasan seksual pada individu lain secara non konsesual (tanpa persetujuan). Caranya yakni dengan menempelkan atau menggesekkan organ seksualnya saat berdesakan di tempat umum seperti; di bus, di kereta, ataupun di tempat nonton konser.

β€œPenyimpangan perilaku seksual ini dilakukan laki-laki, selama ini belum pernah kita menemukan penyakit ini juga diderita perempuan,” kata Zoya.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab seorang pria menderita frotteurism. Yakni, mereka tidak bisa mengekspresikan seksualitasnya secara sehat. Ini bisa terjadi karena ada trauma pada masa kecil. Misalnya akibat ketidakmampuannya membina hubungan sosial yang sehat dalam hal hubungan percintaan laki-laki dan perempuan.

β€œMisalnya sering ditolak sama perempuan. Ketidakmampuan berinteraksi, mengelola emosi baik menyatakan cinta maupun kebencian itu, jika tidak ditangani dengan baik biasanya ada kemungkinan dia akan tergangggu 10-20 tahun kemudian,” kata dia.

Menurut Zoya gangguan perilaku seksual ini tidak terjadi secara instan. Penyebab lainnya adalah karena terlalu banyak nonton film porno.

Sementara Psikolog Keluarga dan Perkembangan Anak Sani Budiantini Hermawan mengatakan aksi pelecahan seksual dengan cara menggesekkan kelamin ini bisa saja karena berawal dari iseng. Menurutnya belum tentu seorang pria yang suka menggesekkan kelaminnya di tempat ramai adalah pengidap penyakit kejiwaan.

β€œItu harus diperiksa (apakah ada penyakit kejiwaan), biasanya itu orang karena iseng, mungkin karena dia punya persepsi yang rendah terhadap wanita,” kata Sani ketika dihubungi detikcom, Selasa (28/1).

Persepsi bahwa pria punya superpower pada akhirnya membuat dia memandang rendah keberadaan wanita.

(ros/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads