Kisah pilu meninggalnya seorang anak pemulung bernama Khairunnisa karena sakit diare yang tak mampu diobati pada tahun 2005 silam ternyata terekam baik dalam memori Gamal. Bocah malang berusia 3 tahun itu menderita sakit dan harus menghembuskan nafas terakhirnya di gerobak pulung sang ayah yang hanya berpenghasilan Rp 10 ribu per hari. Ironisnya lagi, jasad bocah malang itu diantar sendiri sang ayah dengan menggendongnya ke pemakaman di Bogor dari Jakarta.
"Saya terinspirasi dari seorang bayi yang harus meninggal secara tragis hanya karena diare tak terobati 2005 silam," ujar Gamal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gamal mengatakan, program ini telah berjalan di lima titik di kota Malang. Warga dapat berobat kapanpun karena klinik ini buka setiap hari dalam sepekan.
Namun untuk pengumpulan sampah hanya dilakukan pada hari Sabtu. Setiap sampah rumah tangga yang mereka bawa berupa sampah daur ulang dihargai Rp 10.000 sebagai premi.
Salah seorang pengurus Indonesia Medika, Aulia Ndoyo mengatakan, saat ini jumlah warga yang terdaftar sebagai anggota Klinik Asuransi Sampah mencapai lebih dari 500 orang.
"Dan setiap pekannya, rata-rata 50 anggota baru terdaftar," ujar Aulia dalam diskusi 'Get Inspired' yang digelar BBC Indonesia di gedung KNPI Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (28/1/2014).
Diskusi ini bekerjasama dengan detikcom, Smart FM, Inspirasi Muda Kaltim, dan KNPI.
Program Klinik Asuransi Sampah ini menggandeng sejumlah klinik dan bank sampah di kota Malang. Ke depan, program ini akan diperluas ke beberapa kota seperti Jember, Yogyakarta, Manado, dan Medan.
"Kami juga melakukan sosialisasi terus menerus ke Posyandu, Puskesmas dan ibu-ibu PKK," pungkas Aulia.
(rmd/rvk)