Kejar Target, Partai Politik Dinilai Asal-asalan Rekrut Artis

Visi-Misi Caleg Seksi

Kejar Target, Partai Politik Dinilai Asal-asalan Rekrut Artis

- detikNews
Senin, 27 Jan 2014 17:56 WIB
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menerima 8 artis dari kalangan pesinetron dan pedangdut di DPP PKB Jakarta, Kamis (28/2/2013).
Jakarta - Kapasitas dan kapabilitas para calon legislator yang akan bersaing dalam Pemilu 2014 masih dipertanyakan. Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito menilai meski kondisi tersebut berlaku juga bagi caleg nonartis, namun kritikan banyak yang dialamatkan pada pesohor di dunia hiburan yang kemudian mengejar kursi anggota Dewan.

“Ini memang sebenarnya kesalahan partai karena tidak punya mekanisme kaderisasi yang memadai. Rekrutmen caleg pada artis itu salah arah dan juga salah langkah,” kata Arie ketika berbincang dengan detikcom melalui telepon, Ahad (26/01/2014).

Salah langkah yang dimaksud Arie, yakni partai dianggap menggunakan cara yang terlalu instan untuk memperoleh dukungan. Seharusnya, partai mendorong kader-kadernya yang memang disiapkan dari segi kualitas untuk duduk menjadi wakil rakyat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ini kan ada orang populer direkrut, dia lupa bahwa tugas anggota parlemen itu berat, harusnya bukan sekadar merekrut orang populer,” ujar dia mengingatkan.

Padahal, Arie melanjutkan, pengalaman periode lalu menunjukkan artis yang terpilih menjadi anggota legislator tidak banyak yang punya kapasitas mumpuni.



“Sudah banyaklah contoh artis yang tidak berhasil, kecuali beberapa orang seperti Oneng (Rieke Diah Pitaloka), Nurul (Nurul Arifin), dan Mi'ing (Dedy Gumelar). Kalau lainnya itu rata-rata enggak muncul kualitasnya.” ujar dia.

Pengajar Sosiologi Politik ini menambahkan, caleg dari kalangan artis sebetulnya justru merugikan partai dalam jangka panjang sebab menunjukkan partai tersebut tidak serius merekrut kadernya.

Padahal, jabatan politik wakil rakyat tak bisa dianggap main-main dan mengabaikan elemen kapasitas. Akibatnya, publik tidak lagi hanya apatis melainkan jadi sinis pada dunia politik.

Lebih jauh Arie berpendapat, perekrutan artis seksi yang dianggap kurang punya kapabilitas memang untuk mendongkrak suara alias jadi vote gather juga untuk pemenuhan kuota minimum 30 persen caleg perempuan. Tak hanya yang dari kalangan artis, menurut Arie, banyak caleg perempuan yang direkrut asal-asalan.

“Ini bukan kesalahan perempuannya, tapi kesalahan partai yang tidak menyiapkan kaderisasi sejak awal, hanya pemenuhan kuota administratif,” tambahnya.

Penilaian serupa juga dikemukakan Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda. “Betul para artis itu punya keunggulan dalam popularitas, tapi keterkenalan itu ternyata tidak berbanding lurus dengan kesukaan dan bahkan tingkat keterpilihan," kata dia ketika dihubungi detikcom, Senin (27/01/2014).

Jadi, Hanta mencermati partai-partai politik tidak begitu efektif lagi kalau hanya "menjual" figur keartisan untuk menjadi vote gather bagi partai.


(ros/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads