Hasyim Muzadi: KH Sahal Mengayomi Siapa Saja dengan Keleluasaan Pikiran

Hasyim Muzadi: KH Sahal Mengayomi Siapa Saja dengan Keleluasaan Pikiran

- detikNews
Jumat, 24 Jan 2014 10:41 WIB
Hasyim Muzadi
Jakarta - Rais Am PBNU KH Ahmad Sahal Mahfudh menghembuskan nafas terakhirnya dinihari tadi. Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi merasa sangat kehilangan atas kepergian Kiai Sahal.

“Wafatnya KH Sahal Mahfudz merupakan kehilangan besar bagi NU, umat dan bangsa Indonesia,” kata Hasyim Muzadi dalam pernyataannya, Jumat (24/1/2014).

Hasyim yang selama 10 tahun memimpin NU bersama Kiai Sahal mengatakan, sebagai pemimpin tertinggi NU, Kiai Sahal merupakan sosok kiai yang konsisten menjaga khittah NU. Pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang itu menambahkan, Kiai Sahal adalah ilmuwan pakar ilmu usul fiqih, sehingga menelorkan 'fikih sosial' yang membawanya mendapatkan doctor honoris causa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Beliau selalu menyampaikan bahwa NU hendaknya berada tingkat 'high politic' bukan low politic (praktis), sekalipun di lapangan masih tumpang tindih karena secara fisik jamaah NU terbat politik praktis sebagai hak kewarganegaraan mereka,” ujarnya.

“Inilah yang menyebabkan pemikiran hukum Islam beliau kental karena pemikiran beliau lebih beraliran manhaji daripada qouly,” sambung Hasyim.

Sebagai negarawan, lanjut Hasyim, konsep Kiai Sahal tentang hubungan agama dan negara sangat jelas. Yaitu beraliran inklusif substantif, sehingga menjamin terselenggaranya negara tanpa berhadap hadapanan dengan agama, dan menjamin agama tidak ditinggalkan oleh negara.

“Pemikiran beliau bersifat moderat, bukan ekstrem bukan pula liberal. Sebagai pemimpin beliau sangat mengayomi siapa saja dengan keluasan pikiran dan pemikiran, pemersatu dan santun,” katanya.

Sebagai pemimpin NU yang pernah berjuang bersama, Hasyim merasa sangat berduka atas kepergian Kiai Sahal. Ia pun langung datang ke Pati Jawa Tengah untuk mengikuti pemakaman jenazah ulama kharismatik itu.

Sementara itu, pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menginstruksikan kepada seluruh umat Islam, khususnya nahdliyin, untuk melaksanakan salat ghaib dan membaca tahlil sebagai bentuk penghormatan Kiai Sahal, yang meninggal dunia pada Jumat (24/1) pukul 01.05 WIB.

“Mari kita berikan penghormatan terakhir kepada Kiai Sahal dengan melaksanakan salat ghaib,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Muhammad Sulthan Fatoni di Jakarta.

PBNU juga menginstruksikan dibacakannya doa dan tahlil untuk Kiai Sahal yang meninggal dunia di usia 76 tahun. “Di masjid An Nahdlah (Gedung PBNU) sendiri tahlil akan dilakukan selama 7 hari berturut-turut,” lanjutnya.

Hingga kematiannya Kiai Sahal masih menjabat sebagai pemimpin tertinggi (Rais ‘Aam) di PBNU, sejak yang pertama kali dijabatnya pada tahun 1999 silam. Kiai dengan konsentrasi penguasaan ilmu fiqih tersebut juga menduduki jabatan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 2000 – sekarang.

Dalam beberapa pekan terakhir pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen Margoyoso, tersebut memang mengalami penurunan kondisi kesehatan yang mengharuskannya menjalani perawatan intensif di RS Kariadi, Semarang. Jumat pekan lalu kondisinya sempat membaik dan dokter mengizinkannya pulang, namun tiga hari setelahnya kembali labil, hingga Allah SWT memanggilnya.


(fjp/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads