Terletak di tengah-tengah kota
Ibu Negeri Indonesia
Air mengalir
Deras menuju ke hilir
Membawa semua kenang-kenangan
Kebahagiaan nan silam
Penggalan bait lagu keroncong berjudul 'Kali Ciliwung' itu dinyanyikan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim saat datang ke Jakarta 2007 lalu. Sang ibu kerap mendendangkan lagu tersebut saat dia masih kecil.
Anwar Ibrahim pun merasa dibesarkan oleh 'Kali Ciliwung'. Saat pertama kali ke Jakarta, satu tempat yang ingin sekali dia kunjungi adalah sungai sepanjang 120 kilometer itu. Sayang bayangannya tentang kali tersebut tak seindah lagu keroncong yang sering didendangkan sang Ibu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, Anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Firdaus Ali mengatakan ia pesimistis sodetan di hulu Ciliwung ini bisa direaliasikan. “Saya bukan menolak, tapi jangan berharap terlalu jauh nanti kecewa. Banyak hal yang harus dipertimbangkan,” kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (21/1) kemarin.
Menurut Firdaus, jika air Ciliwung disodet ke Cisadane, maka banjir di wilayah Tangerang akan makin parah. Pasalnya beban air di kali tersebut, saat ini mencapai 1600 meter kubik per detik. Angka tersebut hampir mencapai kapasitas maksimum kali Cisadane yang 1900 meter kubik per detik.
Rencana penambahan 200 meter kubik per detik melalui sodetan Ciliwung, akan menganggu neraca air di Cisadane. Sehingga yang akan terdampak adalah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. “Bahasa gamblangnya akan membuat banjir di kawasan Tangerang,” kata Firdaus.
Peneliti dan pengajar Program Studi Teknik Lingkungan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu menawarkan solusi untuk menjinakkan Ciliwung, yakni dengan penataan di hulu sungai. “Paling tepat adalah mengendalikan pemanfaatan ruang di atas. Selama ini ruang terbuka hijau yang jadi resapan air sudah hilang, harusnya itu yang dikejar dulu,” kata dia.
Bentuk konkret solusi ini yakni menghutankan kembali kawasan yang selama ini dikonversi jadi daerah terbangun. Selain itu, membangun waduk, embung, dan situ untuk meningkatkan daya tampung guna menahan air sebelum melimpas ke hilir.
Namun, lagi-lagi solusi ini pun tak mudah. Selain butuh waktu yang tidak cepat, perlu komitmen kuat dari pemerintah setempat. “Itu tak mudah, bayangkan saja kalau kawasan itu sudah terbangun lalu dirontokkan semua, itu kan hal yang paling sulit dilakukan,” kata Firdaus.
Memang butuh waktu lama untuk kembali menjadikan Kali Ciliwung pantas untuk disanjung, dan dikenang.
(erd/erd)