Sindikat ini biasanya menggunakan modus berpindah-pindah tempat atau bergantian dengan rekan lainnya di suatu wiyalah. Kalau sudah ada laporan tentang kasus ranjau paku, biasanya pelaku ini menghilang sementara. Namun mereka kemudian muncul di wilayah Jakarta lain.
Di Jakarta menurut Siswanto komplotan tukang tambal ban penyebar ranjau paku sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Bahkan ada yang menjadi bos dan koordinator lapangan. Mesin pompa angin dan gerobak biasanya disediakan koordinator.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sindikat tukang tambal ban penyebar paku ini menurut dia perlu penanganan khusus dan intensif oleh kepolisian dan masyarakat. Dia mencontohkan beberapa daerah, seperti Daan Mogot dan Cengkareng yang sebelumnya biang ranjau paku kini sudah berkurang setelah ada koordinasi antara Kepolisian dengan komunitas Saber.
“Ya inisiatif itu sih bagus-bagus aja cuma kan harus dilihat dampaknya juga,” ujar pria kelahiran Magetan, Jawa Timur 5 Januari 1974 itu.
Ia pun menyumbang masukan ada baiknya kalau setiap stasiun pengisian bahan bakar umum memiliki spesialis tambal ban. Selain resmi, cara ini dianggapnya akan mengurangi pelaku kejahatan karena petugas tambal sudah memiliki gaji. Pengusaha SPBU cukup memanfaatkan warga sekitar yang punya keahlian menambal ban.
Apalagi hampir setiap SPBU saat ini sudah punya mesin penambah angin untuk ban sepeda motor dan mobil. “Saran saya sih seperti itu. Mungkin bisa dilakukan karena ini kan masalah pekerjaan dan pendapatan seseorang,” ujar pria yang juga penasihat utama Komunitas Saber itu.
Lagipula, kata dia, kalau ingin menertibkan tukang tambal ban perlu konsep yang matang. Karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tukang tambal ban saja. Namun, juga pihak warga lain yang memanfaatkan area trotoar untuk usaha seperti pedagang kaki lima.
Pemerintah Provinsi DKI pun diharapkan juga sudah menyiapkan solusi kalau ingin menertibkan tukang tambal ban. Menurut Siswanto tidak adil kalau langsung menertibkan tanpa ada solusinya. “Karena tidak semua tukang tambal ban berkelakuan jahat, kami juga perlu tukang tambal ban,” kata Siswanto.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya Komisaris Besar Rikwanto menyebut, ada keterkaitan antara penyebar ranjau paku dengan tukang tambal ban. Menurut dia, jalanan di Jakarta yang rata-rata sudah bagus seharusnya tidak ada lagi cerita tentang pecah ban atau ban kena paku.
Apalagi, petugas dinas kebersihan juga selalu membersihkan dan menyapunya setiap hari. “Tentunya ada yang sengaja menaruh paku di situ, kita tidak langsung menuduh itu pasti tukang tambal ban, tapi korelasinya jelas ada. Di mana ada banyak terjadi penggembosan, di situ ada tukang tambal ban,” kata Rikwanto kepada detikcom, Jumat (10/1).
(hat/erd)