Kabar tentang adanya badai Matahari ini sudah dituliskan di situs NASA, pada Selasa (7/1/2014) kemarin dan tetap dipantau hingga beberapa hari ke depan.
"Ini adalah badai signifikan pertama di 2014, dan diikuti oleh badai kelas menengah sebelumnya," kata NASA seperti dikutip detikcom, Rabu (8/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Flare-nya cukup kuat, kelasnya X 1,2," kata Thomas saat dihubungi detikcom hari ini.
Thomas menjelaskan X artinya intensitas badai paling kuat. Sementara A-B-C menunjukkan intensitas lemah, dan M intensitas menengah. Sedangkan angka 1,2 menunjukkan kekuatannya, 1,2 kali dari X1 demikian seperti dikutip dari NASA.
Badai Matahari, imbuh Thomas, sudah diamati para ilmuwan sejak abad ke-16. Para ilmuwan abad ke-16 mengamati siklus Matahari tiap 11 tahun. Nah, sekarang siklus 11 tahunan itu sudah memasuki 24 kali atau disebut siklus ke-24.
"Siklus 24 ini mulainya tahun 2008, puncaknya sebenarnya pada 2013. Selama siklus 24 ini, intensitas paling kuat itu skalanya X 6,9, dan itu terjadi pada 9 Agustus 2011," imbuhnya.
Badai Matahari ini disertai Coronal Mass Ejection (CME) atau Lontaran Massa Korona. Artinya akan ada lontaran massa benda atau partikel energi tinggi dari Matahari ke lingkungan Bumi.
"Diperkirakan dalam waktu 1,5 hari (lontaran) akan mencapai Bumi, diperkirakan besok siang. Lingkungan Bumi ini mulai wilayah orbit satelit hingga atmosfer," jelas Thomas.
Thomas buru-buru menjelaskan bahwa badai Matahari ini tidak membayakan manusia. Bahkan tidak mempengaruhi sebagian besar aktivitas manusia, apalagi di wilayah garis khatulistiwa.
Namun, badai Matahari ini tetap ada dampaknya, terutama di wilayah yang berada di Lintang Utara. Lantas apa saja dampaknya? Ikuti artikel selanjutnya.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini