Warna-warna cerah nan mentereng pun kian menarik perhatian. Ada warna kuning, hijau, dan merah. Masing-masing warna itu akan menampung jenis sampah yang berbeda.
Misalnya saja, hijau untuk sampah organik seperti sisa sayuran, buah-buahan, kertas, kayu, daun, dan ranting. Kemudian warna kuning untuk sampah anorganik yang terdiri dari botol, besi bekas, plastik, kaleng, dan kaca. Sementara warna merah 'melahap' sampah B3 seperti baterai bekas, tinta bekas, dan bahan-bahan yang mengandung mercury.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan, dari depan Halte Pancoran Tugu sampai Universitas Paramadina, Jaksel, saja terhitung ada 18 buah tempat sampah tiga warna pelengkap bangku umum.
Namun, nampaknya masih banyak masyarakat yang masih kurang peduli dengan pembedaan jenis sampah seperti yang tertera pada masing-masing warna tersebut.
"Saya nggak tau bedanya buat apa, yang penting buang sampah ya buang aja di tempat saya. Sama, orang-orang juga kebanyakan gitu," ujar tukang ojek Zayadi.
Fatimah, salah seorang petugas kebersihan mengamini informasi Zayadi. Menurutnya, masyarakat yang membuang sampah masih asal saja.
"Mereka yang buang sampah di tempat sampah itu juga buangnya asal saja, nggak ngikutin apa yang sudah ketulis gitu," ujar seorang petugas kebersihan bernama Fatimah.
Meski demikian Fatimah pun mengakui ada perubahan perilaku masyarakat dalam membuang sampah, tetapi juga ia kerap menemukan sampah-sampah berceceran di jalanan.
"Ya sekarang lumayan sih jadi nggak begitu banyak yang buang sampah sembatangan. Tapi, ya memang masih ada juga yang buang sampah sembarangan kayak puntung rokok, botol-botol, dan bungkus makanan asal gitu," lanjutnya sambil menyapu.
(mad/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini