Seniman Slamet Gundono Wafat

Seniman Slamet Gundono Wafat

Muchus Budi R. - detikNews
Minggu, 05 Jan 2014 09:52 WIB
Surakarta, - Kabar duka datang dari jagad kesenian tanah air. Seniman Slamet Gundono wafat di usia yang relatif masih muda. Dalang kontemporer tersebut tak kuasa melawan komplikasi penyakit.

Slamet Gundono masuk RSI Yarsis Surakarta pada 31 Desember 2013 malam lalu sudah dalam kondisi sangat lemah. Dua hari terakhir dia sudah dalam kondisi koma, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Minggu, (5/1/2014) pukul 08.30 WIB di Ruang ICU rumah sakit tersebut.

"Mas Gundono meninggal dengan tenang meskipun dalam kondisi kritis selama beberapa hari. Dokter sempat memasang alat bantu pernapasan namun sudah tidak berfungsi. Saat ini jenazah masih di RSI Yarsis" ujar penari Fafa Utami, yang saat ini sudah berada di rumah sakit menemani keluarga Gundono.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut keluarga, Gundono menderita penyakit diabetes sudah cukup lama. Penyakit itu kemudian menyebabkan komplikasi dan mempengaruhi kerja organ dalam lainnya. "Kondisi terakhir Mas Gundono juga mengalami gangguan fungsi jantung, liver, paru-patru dan ginjal," lanjut Fafa.

Gundono, atau yang kemudian akrab dipanggil Slamet Gundono lahir di Tegal, 19 Juni 1966, dari keluarga dalang. menghabiskan masa kecil di kampung halaman dan pesantren, Gundono kemudian masuk Jurusan Teater di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Hanya bertahan bertahan beberapa semester di IKJ, dia kemudian pindah ke Jurusan Pedalangan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (sekarang kini ISI Surakarta) hingga lulus.

Kemunculan Gundono sebagai sosok dalang dan seniman kreatif dimulai sejak tahun 1995. Dia menggegerkan panggung festival dalang di Solo yang digelar untuk peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka.

Gundono yang saat itu tampil di luar pakem menimbulkan perdebatan panjang antara panitia, juri, pengamat, hingga khalayak umum.

Mengambil lakon tentang kehidupan sosok Karna, Gundono saat itu tampil dengan 'pergelaran wayang kulit garap' yang memadukan berbagai disiplin seni, baik seni panggung tradisional, teater modern, tari, musik, hingga seni rupa.

Saat itu tak kurang seniman sekaliber Umar Kayam, Gunawan Mohamad, Murtidjono hingga Halim HD tampil memberikan dukungan kreasi Gundono.

Garapan Slamet Gundono itu kemudian memberi warna tegas dalam proses kreatif selanjutnya. Ketika dia membentuk Wayang Nggremeng, dia melakukan elaborasi wayang jemblung yang dipadu dengan berbagai garap seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Demikian juga ketika dia menggarap wayang air, wayang api, hingga wayang suket (rumput).

Gundono tidak hanya menekuni dunia pewayangan. Dia juga sering tampil dalam panggung tari, panggung drama, hingga pentas keliling untuk menjadi pencerita bagi anak-anak.

Bobot tubuhnya yang melebihi 150 kg tidak menghalanginya untuk tetap tampil energik di panggung.

Kehadiarannya yang sempat kontroversial itu akhirnya membuahkan hasil. Dia bergaul leuas dengan berbagai kalangan di luar komunitas seniman.

Dia juga menerima berbagai penghargaan dan apresiasi untuk kegigihannya berkarya, Salah satu penghargaan prestisius yang diterimanya adalah Prince Claus Award pada tahun 2005 yang diberikan oleh Prince Claus Fund untuk Kebudayaan dan Perkembangan kepada seniman, pemikir, lembaga kebudayaan di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Karibia.

Slamet Gundono tinggal di Jl. Sibela Timur III No 1 Mojosongo, Jebres, Solo, bersama istrinya, Nuning Srr Rejeki, dan dua anaknya.

Di rumah tinggalnya itu pula Gundono mendirikan Sanggar Wayang Suket, yang sering dijadikan tempat menggelar pertunjukan dan diskusi kesenian.

(mbr/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads