"Setiap tiga tahun sekali mengadakan upacara mengayu-ayu untuk menghormati Gadjah Mada dan penerusnya," cerita tetua Desa Sembalun, Purnipe (62) saat ditemui detikcom di Lereng Rinjani pekan lalu.
Gadjah Mada, menurut cerita leluhur desa itu, sampai di lereng Rinjani pada tahun 1300-an. Dia datang bersama 3 pengawalnya. Di lereng Rinjani itu, dahulu hanya ada 7 kepala keluarga yang tinggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 3 tahun itu, Gadjah Mada mengajarkan warga tarian Tandan Mendet, juga bertani. Dahulu warga hanya tahu berburu saja. Menurut cerita leluhur di Rinjani, Gadjah Mada yang berpakaian hitam-hitam dan memakai blangkon melindungi warga dari makhluk gaib dan gangguan orang jahat.
Penduduk kemudian membangun tempat bertapa Gadjah Mada sebagai petilasan, mirip seperti makam. Ada 7 rumah tertua persis di bawah bukit tempat Gajah Mada dulu bermeditasi. Karena kisah Gajah Mada tersebut, kampung yang ada di sekitar petilasan dinamakan kampung Majapahit.
Setelah Gadjah Mada pergi dari lereng Rinjani, tak lama datang dua utusan Majapahit. Sama seperti halnya Gadjah Mada, dua orang yang diketahui bernama Raden Harya Pati dan Raden Harya Mangujaya ini bersemedi di tempat itu.
"Itu orang-orang sakti mandraguna yang diutus kerajaan Majapahit," tutur Purnipe.
Tak ditemukan jejak atau alasan, mengapa Gadjah Mada dan utusan Majapahit sampai ke tempat itu. Mungkinkah ada sesuatu di Lereng Rinjani?
(ddg/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini