Dia malah dengan santai menjawab sejumlah pertanyaan dengan logat khasnya. Padahal Vina yang lahir dan besar di Jakarta. Dia mengaku kepada penyidik, peraih sarjana ekonomi dari Universitas swasta ternama di Jakarta jebolan tahun 1999. Hanya dua tahun tinggal di Medan bersama suaminya, logat bahasa Medan sangat kental sekali.
"Memangnya aku ini gila, memukili si Adit kalau nggak ada sebabnya. Kupukuli dia kalau suamiku lagi tak di rumah. Aku memukul ya memang si Adit itu yang bandelan orangnya," katanya dengan santai kepada detikcom Jumat (20/12/203) di Mapolres Kampar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku cuma minta sama polisi janganlah suamiku ikut menanggung masalahku ini. Suamiku ini tak ikut-ikutan memukul. Biar aku sajalah yang nanggungnya," kata Vina.
"Cobalah bapak bayangkan, anak ku diayunan dibekap si Adit pakai bantal. Untung anakku tak mati. Siapa yang tak palak (kesal) nengok dia. Makanya kepalanya aku pukul pakai gagang sapu," katanya dengan nada enteng.
Selama dialog dengan Ervina, dia tampak santai. Dia juga tak sungkan diabadikan lewat kamera dan video wartawan. Sedangkan suaminya Surya Atmaja lebih banyak menunduk.
(cha/rvk)