Wajah Dwi Adi Saputra tampak kesal saat harus menuntun sepeda motor bebek kesayangannya untuk mencari tukang tambal ban di area bawah jembatan layang Kalibata, Jakarta Selatan. Pria 29 tahun ini tidak percaya harus mencari bengkel sejauh lima puluh meter.
Jembatan layang Kalibata merupakan jalur rutin yang dilewati pria bertubuh tambun ini bila setiap berangkat atau pulang kerja dari kantornya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Jumat pekan lalu, arus kendaraan dari Jambul, Cililitan menuju Kalibata terlihat menumpuk di Jembatan Layang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puluhan angkutan mikrolet memilih jalur bawah jembatan layang. Begitupun dengan ratusan sepeda motor yang memilih kolong jembatan karena tidak sabar melewati kemacetan kendaraan mobil.
Hal ini pula yang dilakukan Dwi. Meski banyak jalan berlubang, ia yakin tidak masalah karena hampir setiap hari melewatinya. Tapi, apes baru beberapa meter melintas, ban belakang sepeda motornya langsung bunyi dan goyang. Ban belakang tertancap paku karat bekas bangunan yang ada di lubang jalan.
Karena ban tidak bisa ditambal akibat lubang bocor dekat pentil, ia pun terpaksa membeli ban dalam yang baru. "Apes dah. Ada fly over percuma. Udah macet, harus nuntun motor lagi. Tukang tambal yang dekat sana pake tutup lagi. Nuntun lumayan jauh," kata warga Pasar Minggu itu saat ditemui detikcom, Jumat pekan lalu.
Kejadian ban sepeda motor bocor sudah sering terjadi di bawah jembatan layang Kalibata. Meski kondisi jalan buruk dan sempit, jalur bawah jembatan sering dijadikan arus lewat bagi kendaraan umum, truk, hingga sepeda motor.
Hal ini diperparah dengan kondisi banyak bekas bahan bangunan yang berserakan di kolong jembatan. Belum persoalan lama selesainya salah satu ruas jalan yang berada di atas Kali Ciliwung. Saat pagi dan sore, jalur ini menghambat karena kendaraan dari Pasar Minggu menuju Jambul, Cililitan banyak yang berhenti.
Begitupun sebaliknya karena hanya satu jalur sehingga kendaraan yang lewat haru saling bergantian.
Salah seorang warga RT 03/RW 03, Rawajati Barat, Farhan menyebut keberadaan jembatan layang Kalibata yang baru belum bermanfaat seperti penggunaan jembatan layang di depan mal. Selain menambah kemacetan, perawatan jembatan layang baru terkesan terabaikan.
Padahal, dari segi usia, jembatan layang baru ini belum sampai lima tahun. Ia pun berharap agar Pemerintah Provinsi terutama Dinas Pekerjaan Umum bisa merespon persoalan ini.
"Ngilu lihat fly over kayak gitu. Udah bikin macet, kolongnya kotor, jalan rusak, dipake macam-macam sama warga. Kalau banjir lebih parah lagi itu. Kolong fly over jadi tempat penampungan warga," ujarnya.
(erd/erd)