Di Bawah Lindungan Fly Over

Penyalahgunaan Kolong Jalan Layang

Di Bawah Lindungan Fly Over

- detikNews
Selasa, 17 Des 2013 12:56 WIB
Kehidupan warga ibu kota di kolong fly over Kampung Melayu. (Fotografer - Agung Pambudhy)
Jakarta - Peluh membasahi wajah Sutinem. Mengenakan kebaya lusuh bersanggul benda seperti dandang dari anyaman bambu, ia tampak pasrah duduk berdiam diri sembari menadahkan tangan kirinya di bawah jembatan layang Klender, Jakarta Timur.

Perempuan paruh baya ini sudah mengemis sejak pagi. Stasiun Klender dan kolong jembatan Klender dekat pasar adalah dua lokasi favoritnya karena banyak duitnya. Kalau di stasiun sudah ada rekannya sesama gelandangan pengemis, maka dia akan beroperasi di kolong jembatan yang juga dekat pasar.

Hanya beralaskan dua lembar koran bekas, ia sengaja tampak memelaskan wajahnya. Pengunjung pasar, anak sekolah, atau karyawan yang hilir mudik hendak ke stasiun lewat kolong jembatan adalah incaran Sutinem untuk mendapatkan belas kasihan uang receh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokasi kolong jembatan dianggap berkah karena banyak orang yang melintas jalur itu. "Minta sedekahnya buat makan siang," katanya seraya menadahkan tangan kanannya ketika didekati detikcom, Senin (16/12).

Hampir saban Senin, Sutinem beroperasi di kolong jembatan Klender. Setiap beroperasi, dia pasti bertemu dengan para pedagang kaki lima yang juga membuka lapak di kolong jembatan.

"Yang penting adem di sini. Keliling rumah panas takut razia juga," kata perempuan yang mengaku dari Tegal, Jawa Tengah, ini.

Seorang penjual kopi di kolong jembatan Klender, Khadijah, 62, mengaku kesal dengan keberadaan sejumlah gelandangan pengemis yang bergantian beroperasi hampir setiap harinya. Pasalnya, meski hanya mengandalkan belas kasihan, pendapatan mereka lebih banyak dari PKL yang kerja seharian.

Dengan lapak ala kadarnya, para PKL menjual aneka macam dagangan, dari mulai pakaian, sepatu, hingga minuman. Para PKL menolak dipindahkan ke pasar seberang jalan karena sepi pembeli. Karena di kolong jembatan ramai pembeli, hal ini pula sepertinya yang menjadi alasan mereka beroperasi di areal ini.

Di lokasi lain di daerah Kalibata, Jakarta Selatan, terik matahari, Senin siang (16/12) itu tidak begitu menyengat. Namun, Agus berserta istri dan putrinya asyik berlindung di bawah kolong fly over Kalibata dekat perlintasan rel kereta api.

Singgah di kolong jalan layang Kalibata merupakan rutininas Agus dan keluarga pascakeliling. Mereka mengaku punya rumah tinggal dekat Cikokol, Pancoran. Tapi, karena biasa di tinggal dan keliling dengan gerobaknya, Agus kembali ke rumahnya hanya dua hari sekali. Biasanya, dalam operasi keliling, ia dan gerobaknya mencari barang-barang bekas.

Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial DKI Jakarta, Ucu Rahayu, mengklaim, kolong-kolong jalan di jalur protokol sudah bersih dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan adanya sejumlah razia dan penjagaan oleh petugas mulai pukul 07.00 hingga 20.00.

Penjagaan oleh petugas, menurut Ucu kepada detikcom, Senin (16/12), masih menjadi cara yang efektif untuk mengurangi keberaaan para gelandang dan pengemis. Akan tetapi, ibarat menekan balon, diusir dari jalan-jalan utama, para PMKS beralih ke jalan-jalan di daerah pinggir.


(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads