Hal tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim yang dipimpin Idrus, penyedia jasa penyelidikan tanah yang mendapatkan subkontrak dari PT Yodya Karya, perusahaan konsultan Hambalang. Dalam perjalanannya, Idrus juga melapor kepada Methapora Solusi Global (MSG), konsultan proyek yang lainnya.
Idrus diminta untuk mengecek ketersediaan air di lokasi proyek Hambalang. Timnya mengebor sampai kedalaman 20 meter, air tidak ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu Idrus menyampaikan laporan ke Yodya Karya mengenai hasil penyelidikannya. Disepakati untuk menggunakan metode pengecekan geo listrik.
"Dengan geolistrik bisa mengecek ada tidaknya air sampai kedalaman 200 meter," kata Idrus.
Tes pun dilakukan. Hasilnya sampai kedalaman 200 meter, sumber air juga tidak ditemukan. Dan, dari hasil pengecekan geolistrik tersebut, ditemukan informasi lainnya.
"Ternyata tanahanya adalah tanah patahan. Proyek itu berdiri tepat di atas tanah patahan. Tanah patahan bisa terjadi karena pernah ada gempa atau longsor," kata Idrus.
Menurut Idrus, kondisi tanah patahan membuat lokasi tersebut rawan terhadap gempa ataupun longsor. Bangunan yang berdiri di atas tanah semacam itu, memiliki risiko yang tinggi untuk roboh.
"Bukan tidak bisa dibangun. Tapi lebih berisiko. Dan ini sudah saya laporkan di rapat internal perencanaan dengan MSG," ujar Idrus.
(fjr/mad)