Menurut Slamet, saat menjalani hukuman lima tahun penjara, ada kabar tak sedap dari istrinya bernama Kasmi. Ternyata, sang istri menikah lagi dengan salah seorang teman Slamet di perkeretaapian.
"Dia dikawin teman saya dan punya anak, habis itu nggak pernah jenguk lagi," terang Slamet saat ditemui di kediamannya di Dusun Krajan Kidul, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Purworejo, Jateng, Kamis (12/12/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria paruh baya ini juga cerita soal masa-masa sulit hidupnya usai Tragedi Bintaro I. Selama menjalani perawatan di rumah sakit karena luka-luka, ada beberapa orang yang menerornya. Mereka bahkan ada yang sempat mengancam akan membunuh Slamet karena sudah membuat ratusan orang meninggal dunia.
"Padahal saya hanya ngikutin semua instruksi di stasiun saja," ucapnya.
Tekanan juga dia rasakan saat pemeriksaan polisi ketika jadi tersangka. Sempat ada beberapa aparat yang memaksanya untuk mengakui perbuatan. Bahkan dengan nada ancaman dan todongan senjata.
Keluh kesah Slamet juga sampai ke urusan pensiun. Dia kecewa karena setelah keluar penjara, penjual rokok ini tak bisa lagi mendapat dana tunjangan hari tua. Semua diputus hingga akhirnya dia harus mengais rezeki di kampung, sehari demi sehari.
Meski begitu, Slamet tak dendam pada pihak-pihak yang sudah memperlakukannya tak adil. Dia bahkan mendoakan agar para kru PT KAI yang menjadi korban kecelakaan melawan truk tangki di Bintaro mendapat santunan setimpal.
"Mudah-mudahan PT KAI memperhatikan keluarganya untuk mendapat pensiun, jangan seperti saya yang nggak mendapat pensiun," harapnya.
(mad/nwk)