Melihat Transaksi Lompat Pagar di Batas RI-PNG

Cerita di Perbatasan

Melihat Transaksi Lompat Pagar di Batas RI-PNG

- detikNews
Kamis, 12 Des 2013 01:41 WIB
Foto: Deden Gunawan (detikcom)
Jayapura, - Langit hampir gelap di perbatasan perbatasan Jayapura- Papua Nugini (PNG). Sejumlah warga PNG masih terus saja berdatangan ke Pasar Skouw, Distrik Koya, Jayapura, yang berbatasan dengan PNG.

Mereka tampak memborong sejumlah barang dari pedagang di wilayah Indonesia.Bahkan ada yang memborong sejumlah peralatan elektronik.

"Ini barang buat ke PNG," ujar Mario warga Jayapura yang pengantar barang elektronik saat ditemui detikcom di perbatasan RI-PNG, Selasa (11/12/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pantauan detikcom terlihat sejumlah kardus berisi peralatan elektronik, seperti televisi, kulkas, perangkat audio diangkut dengan sebuah mobil bak terbuka. Mobil, itu di parkir di pagar pembatas setinggi pingang orang dewasa.

Satu per satu barang-barang elektronik itu dipindahkan ke mobil yang di parkir di seberang pagar, yang masuk wilayah PNG. Hanya dalam hitungan menit barang-barang elektronik dari Indonesia itu berpindah ke PNG.

Tidak lama berselang giliran sebuah mobil Avanza warna silver yang merapat ke pagar perbatasan. Mobil itu membawa belasan karung tepung terigu. Tempung produksi Bogasari itu pun langsung dipindah ke mobil yang terparkir di wilayah PNG.

Transaksi perdagangan antara warga Jayapura dan PNG memang sudah turun- temurun terjadi di situ. Jangan heran jika di wilayah perbatasan itu berlaku dua mata uang, rupiah dan kina (mata uang PNG).

Pasar "bebas" antara warga beda negara itu tidak digelar setiap hari. Sebab hari pasar (sebutan perdagangan di perbatasan), hanya digelar setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Di luar hari-hari tersebut penjaga perbatasan PNG melarang barang-barang dari Indonesia masuk ke wilayah itu.

"Petugas akan menyita barang-barang yang dibawa masuk ke PNG," terang Leonida, warga Jayapura, yang tidak pernah absen datang ke pasar "bebas" itu.

Leonida datang ke PNG untuk membeli buah pinang asal negera itu dan dijual kembali ke pedagang asal Wamena, yang sudah menunggu di Pasar Skouw.

"Pinang di PNG harganya Rp 200 ribu per karung. Ke pedagang Wamena saya jual Rp 400 ribu per karung. Saya biasanya membeli 2-3 karung," ujar Leonida.

Jangan heran di hari pasar, perempuan beranak dua itu bisa meraup untung berkisar Rp 400 ribu sampai Rp 600 ribu di hari pasar.

Tapi bila pinang dari PNG sedang langka, ia hanya bisa meraih untung Rp 200 ribu per transaksi. Sebab barangnya hanya sedikit ia hanya bisa membeli sekarung pinang saja.

Dari informasi yang diperoleh, pada hari pasar di perbatasan RI-PNG, transaksi yang terjadi lebih banyak dilakukan warga PNG. Mereka lebih banyak membeli barang-barang kebutuhan asal Indonesia.

Sementara warga Indonesia hanya membeli pinang, cendera mata, dan daging dalam kemasan yang dijual warga PNG.


(ddg/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads