Perlintasan kereta api tersebut terletak di bagian selatan Stasiun Pasar Minggu. Ada gang selebar 4 meter di sebelah selatan Stasiun Pasar Minggu, jalan ini penuh hiruk pikuk penumpang KRL, pedangan asongan, PKL, dan kios yang menjajakan dagangan sampai bibir jalan.
Di pagi dan sore hari, bibir gang yang terletak di Jl Raya Pasar Minggu ini juga selalu penuh antrean motor dan mobil. Karena sekitar 10 meter dari mulut gang yang mengecil di dalamnya ini, ada perlintasan Kereta Api. Suara bising sirine pertanda kereta akan lewat terus terdengar, durasinya sekitar 5 menitan, sampai KRL benar-benar tak beraktivitas tengah malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelang sore, lalu lintas melalui jalan sempit ini semakin ramai. Baik mobil maupun motor mengantre panjang, terkadang menutup setengah bahu jalan raya Pasar Minggu.
Pemotor tentu masih bisa nekat menembus keramaian, memaksa mobil mengalah dan lekas membuka palang untuk menerobos perlintasan kereta. Namun bagi mobil tentu sulit melaju di jalan sempit, berebut dengan motor. Namun para sopir baik membawa dagangan maupun mobil pribadi tetap tenang. Itu karena ada sekitar empat Pak Ogah yang membukakan jalur, bahkan terkadang mengawasi apakah kereta sudah dekat atau belum. Mobil pun bisa ikut-ikutan menerobos jalur kerta api tersebut.
Pemotor tentu tak bisa apa-apa. Apalagi terkadang Pak Ogah itu menggunakan bilah bambu untuk mengatur lalu lintas. Memang di perlintasan kecil ini polisi jarang beraktifitas. Ada petugas Dephub yang berjaga di perempatan rumit Pasar Minggu tepat di depan perlintasan ini, tapi itu hanya pagi sampai sore, mereka pun tak bisa berbuat banyak.
Ya pak ogah inilah yang dijadikan andalan mobil yang mau masuk gang. Lalu bagaimana dengan keselamatan di perlintasan kereta api tersebut?
(van/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini