Sofyan Hadi belumlah lama dipercaya memegang kendali teknisi di Kereta Api Indonesia (KAI). Meski pernah ditolak saat lamaran kerja pertama, upayanya yang kedua membuahkan hasil. Lulusan SMK Karya Guna Bekasi 2011 lalu ini, Dia dipercaya untuk menjadi teknisi kereta api sejak sebulan lalu.
"Cita-citanya menjadi masinis, tapi diterima kerja menjadi teknisi," tutur kakak sepupu korban, Satria Putra (25), saat ditemui di RS Polri, Kramatjati, Jaktim, Selasa (10/12/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau cuci piring, ngepel, cuci baju orangtuanya, dia yang selalu bantu. Karena kakak-kakaknya perempuan semua dan sudah berkeluarga, tidak tinggal bareng lagi di rumah," kata Satria. Sofyan dan kedua orangtuanya tinggal di Jl RA Kartini, Gg Mawar III, RT 02/02, Bekasi Timur.
Satria menceritakan, korban sempat berkomunikasi dengan ayahnya sesaat sebelum kecelakaan. Sofyan menanyakan jam berapa ayahnya akan menjemput di Stasiun Bekasi. "Memang setiap hari pergi jam 4 subuh dan pulang jam 12 siang dia biasa diantar jemput ayahnya," kata Satria.
Ayahnya, Ade Rukim, sempat menunggu di Stasiun Bekasi untuk menjemput. Sampai dengan pukul 12.00 WIB, anak bontotnya itu tak kunjung datang. Sampai akhirnya dia kembali ke rumah mengecek kedatangan anaknya.
"Pas nyalain TV, bapak dan ibunya kaget ada kecelakaan. Bapaknya langsung telepon kepala stasiun dan membenarkan anaknya lagi bertugas di kereta itu," kata Satria.
"Ibunya panik. Sampai saat ini masih syok," imbuhnya.
Hingga pukul 10.15 WIB, Satria dan beberapa kerabat korban masih berada di RS Polri untuk menjemput jenazah Sofyan. Sejak semalam, kata dia, keluarga telah diambil DNA pembanding untuk memastikan jasad korban.
(ahy/fjp)











































