Salah satu pejabat yang berani buka-bukaan adalah Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dia rajin membeberkan pendapatannya di situs pribadi. Tak hanya itu, suami Veronica Tan ini juga selalu meng-update pengeluaran dana operasional setiap bulannya.
Di situs Ahok.org, ada kanal Pojok BTP. Di situ, dia melampirkan semua bukti pendapatannya. Mulai dari gaji bulanan, insentif pajak dan honor-honor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, ada honor sebagai ketua pelaksana komisi penanggulangan AIDS Jakarta. Per bulannya, mantan Bupati Belitung Timur ini mendapat Rp 4.816.000. Tak lupa, ada honorarium Tunjangan Kegiatan Insentif Koordinasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Insentif Koordinasi Pemungutan PBB. Kala itu, Ahok menerimanya sebesar Rp 197.327.500 untuk periode tertentu.

Selain pendapatan, Ahok juga rajin membeberkan pengeluarannya. Terutama uang operasional yang sempat dipermasalahkan LSM Fitra. Jumlahnya memang besar, mencapai miliaran rupiah. Namun dalam rentang waktu tertentu, penggunaan dana itu dilaporkan di situs.
Laporan terakhir Ahok soal dana operasional adalah Juli 2013. Selama setahun lebih menjabat, Ahok sudah menggunakan dana sekitar Rp 5.291.782.457. Saldo terakhir di rekening operasionalnya sekitar Rp 11.226.364.

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan menilai transparansi anggaran pejabat sangat penting. Publik jadi bisa tahu pendapatannya dan bisa memberikan masukan dalam penggunaan dana.
Karena itu, dia menantang agar para pejabat lain melakukan hal serupa. Meski Ade ragu akan banyak yang mau melakukannya.
"Kalau kepala daerahnya korup, dia menang dengan cara korup, saya yakin dia nggak berani," kata Ade saat berbincang dengan detikcom, Rabu (3/12/2013).
Jadi, para pejabat Indonesia, beranikah Anda terbuka soal uang seperti Ahok?
(mad/nrl)