Ini Hasil Lengkap Penelitian BPPTKG Soal Erupsi Merapi Pekan Lalu

Ini Hasil Lengkap Penelitian BPPTKG Soal Erupsi Merapi Pekan Lalu

- detikNews
Senin, 25 Nov 2013 18:07 WIB
Yogyakarta - Erupsi Gunung Merapi pada hari Senin (18/11/2013) pagi, bukan erupsi yang bersifat magmatik atau adanya tekanan magma dari dalam perut bumi, tapi lebih bersifat freatik. Meski memunculkan kepulan asap setinggi 2.000 meter, hasil penelitian tim ahli Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), tidak ditemukan bekas awan panas di puncak Merapi pasca erupsi.

"Tim kami tidak menemukan jejak awan panas di puncak. Letusan itu single event," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Sri Sumarti di kantor Jl Cendana, Senin (25/11/2013).

Sebagian material vulkanik terlontar ke Kali Gendol di sisi selatan. Sebagian lagi masuk ke Kali Senowo Magelang atau ke barat daya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasir, kerikil, dan batu-batu yang kami temukan tiga hari setelah erupsi tidak panas lagi. Itu beda saat erupsi 2010 yang sampai 2 tahun masih panas," katanya.

Di puncak tidak ditemukan adanya material mineral seperti belerang atau material yang berwarna kemerahan. "Itu sebagai bukti bila material yang baru keluar dari perut gunung. Tidak tercium bau belerang juga," kata Sri.

Berdasarkan penelitian, pemantauan seismik normal saat terjadi erupsi freatik. Meski demikian, tim menemukan ada dinding kawah yang ikut longsor di sisa erupsi tahun 1956 silam. Peristiwa ini juga pernah terjadi pada tahun 1990-an, namun sekarang ini lebih sering terjadi karena ada perubahan morfologi .

"Hasil penelitian ini bahwa ini freatik masih valid karena tidak ada material baru dan murni akaibat tekanan gas yang tinggi," katanya.

Kepala BPPTKG Subandriyo menambahkan erupsi pada tahun 2010 silam berakhir dengan munculnya kubah lava baru. Kubah itu mencapai ketinggian sekitar 33 meter. Suhu kubah mencapai 268 derajat celcius. Sebagai perbandingan, suhu tertinggi di puncak gunung itu 478,3 derajat celcius.

"Letusan freatik seperti kemarin (18 November 2013) ancamannya hanya hujan abu," jelasnya.

Subandriyo menjelaskan jangkauan material erupsi 18 November lalu hanya sampai sekitar 400-an meter dari puncak. Pusat letusan tidak bulat, tapi melalui rekahan-rekahan kawah. Pusat erupsi tidak memberi efek deformasi.

"Data EDM (Electric Distance Measurement juga tidak berubah," tegasnya.

Sampai saat ini, BPPTKG menyatakan status Merapi masih normal. Namun mereka merekomendasikan pendakian hanya sampai Pasar Bubar saja, sebab kalau ke puncak masih banyak material yang mudah longsor.

(bgs/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads