"Tim kami tidak menemukan jejak awan panas di puncak. Letusan itu single event," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Sri Sumarti di kantor Jl Cendana, Senin (25/11/2013).
Sebagian material vulkanik terlontar ke Kali Gendol di sisi selatan. Sebagian lagi masuk ke Kali Senowo Magelang atau ke barat daya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di puncak tidak ditemukan adanya material mineral seperti belerang atau material yang berwarna kemerahan. "Itu sebagai bukti bila material yang baru keluar dari perut gunung. Tidak tercium bau belerang juga," kata Sri.
Berdasarkan penelitian, pemantauan seismik normal saat terjadi erupsi freatik. Meski demikian, tim menemukan ada dinding kawah yang ikut longsor di sisa erupsi tahun 1956 silam. Peristiwa ini juga pernah terjadi pada tahun 1990-an, namun sekarang ini lebih sering terjadi karena ada perubahan morfologi .
"Hasil penelitian ini bahwa ini freatik masih valid karena tidak ada material baru dan murni akaibat tekanan gas yang tinggi," katanya.
Kepala BPPTKG Subandriyo menambahkan erupsi pada tahun 2010 silam berakhir dengan munculnya kubah lava baru. Kubah itu mencapai ketinggian sekitar 33 meter. Suhu kubah mencapai 268 derajat celcius. Sebagai perbandingan, suhu tertinggi di puncak gunung itu 478,3 derajat celcius.
"Letusan freatik seperti kemarin (18 November 2013) ancamannya hanya hujan abu," jelasnya.
Subandriyo menjelaskan jangkauan material erupsi 18 November lalu hanya sampai sekitar 400-an meter dari puncak. Pusat letusan tidak bulat, tapi melalui rekahan-rekahan kawah. Pusat erupsi tidak memberi efek deformasi.
"Data EDM (Electric Distance Measurement juga tidak berubah," tegasnya.
Sampai saat ini, BPPTKG menyatakan status Merapi masih normal. Namun mereka merekomendasikan pendakian hanya sampai Pasar Bubar saja, sebab kalau ke puncak masih banyak material yang mudah longsor.
(bgs/try)