"Pertama, kemajuan ekonomi harus seimbang dengan pelestarian terhadap lingkungan, sehingga diperlukan sistem nilai dan tradisi yang mempromosikan keberlanjutan lingkungan," ujar Presiden SBY di Mangupura Hall, Bali International Convention Centre, Nusa Dua, Bali, Senin (25/11/2013).
Kedua, budaya inklusif sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan dengan ekuitas. Sangat penting mengintegrasikan budaya inklusif ke dalam kebijakan dan program pembangunan di semua tingkatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga, partisipasi perempuan penting untuk meningkatkan inklusivitas dan pembangunan berkelanjutan dengan ekuitas. Presiden SBY bercerita soal kebiasaan istrinya Ani Yudhoyono dalam menanam pohon.
"Istri saya Ani, ia memiliki kebiasaan unik yang diturunkan dari ayahnya, yaitu mempersembahkan pohon pada setiap ulang tahun," ungkapnya.
"Karena di rumah saya, banyak pohon yang ditanam Ibu Ani, saya pun kebagian tugas ketika daun-daun yang berguguran," kata SBY disambut tawa hadirin.
Keempat, lanjut SBY, budaya bisa menjadi sumber pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan pembinaan kewirausahaan. Menurut laporan PBB, industri budaya dan kreatif merupakan salah satu sektor yang paling berkembang pesat dalam ekonomi global.
Kelima, pembangunan mensyaratkan ketertiban dan stabilitas. Oleh karena itu, memelihara budaya perdamaian penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Keenam, kerjasama antar-negara harus memberikan prioritas terhadap isu-isu budaya dan pembangunan.
"Saya berharap forum ini akan membantu kita lebih menghargai keterkaitan antara budaya dan pembangunan berkelanjutan. Saya juga berharap forum ini akan membantu kami dalam membentuk kebijakan dan strategi pembangunan berkelanjutan, dengan budaya sebagai pendorong," tutupnya.
Menutup pidatonya, Presiden SBY membacakan sebuah syair karya Sutan Takdir Alisjahbana:
Kembangkan sayap, kekar dan lebar,
Dan terbanglah, terbanglah,
Terus lurus membumbung tinggi,
Melampaui gunung memecah mega.
(mpr/rmd)