Sebelum menjabat sebagai Lodaya Satu, sandi untuk Kapolda Jabar, Suhardi Alius menduduki Kepala Divisi Humas Polri di Trunojoyo (sebutan untuk Mabes Polri). Posisi bintang satu yang diembannya adalah Wakil Kapolda Metro Jaya (2011) serta dua tahun diamanati untuk menjadi Direktur Tindak Pindana Tertentu atau Direktorat V Bareskrim Polri.
Sementara untuk Jabar, bukan kali pertama jenderal berdarah Minang yang mahir berbahasa Inggris dan Jerman ini berada di sana. Bisa dibilang Bandung adalah penugasan pertama setelah lulus dari Akademi Kepolisian, 1985. Saat itu dia berada di Pamapta Polres Bandung, beberapa kali Kapolsektif Cimahi pada 1987.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak seperti beberapa kalangan jenderal yang banyak mendapatkan karangan bunga serta ucapan terima kasih sana sini dari relasi atau kerabat bila mendapatkan kenaikan pangkat, dalam acara yang turut dihadiri mantan Koordinator KontraS Usman Hamid itu, hanya ada dua karangan bunga yang terpasang, yaitu dari penerbit buku dan rekannya sendiri.
Dalam paparannya itu, peraih penghargaan Seroja, penghargaan terbaik untuk tiga perserta terbaik Lemhanas, berkisah bagaimana anak buahnya saat itu tidak mengenal dirinya sebagai seorang Wakil Kapolda. Suhardi saat itu menyamar sebagai masyarakat biasa yang hendak membuat laporan polisi terkait aksi kejahatan hipnotis. Dia mengenakan sendal jepit dan celana pendek. Mobilnya diparkir jauh dari Polsek.
Tak dinyana, seorang petugas di Polsek Menteng malah mengacuhkannya. Malah, salah satu personel polisi, yang juga tidak menyadari Suhardi atasannya, membantu atas apa yang diperlukan sang pelapor. Keesokan harinya, barulah dia memanggil atasan anak buahnya itu dan memberikan teguran terkait pelayanan kepada masyarakat. Dan, tentu reward kepada anggota yang responsif kepada pelayanan masyarakat.
Pernah pula Suhardi melakukan sidak ke Polsek Jatinegara, Jakarta Timur. Dia geram dengan ruangan dan halaman Polsek yang kotor, serta ruang tahanan yang semrawut. Pasca sidak, Kapolsek saat itu, Komisaris Dewoto, mempunyai 'kerja sampingan', yaitu menyapu halaman Polsek saban pagi dan sore, juga menyikat WC Polsek.
"Sidak bukan berarti mencari kesalahan, tapi dengan begitu mampu memberi motivasi kepada bawahan untuk berubah," kata pria kelahiran Jakarta 51 tahun lalu ini.
Usman Hamid yang menjadi pembicara mengapresiasi langkah Suhardi yang turun langsung ke lapangan untuk mengecek pelayanan Polsek-Polsek ke Masyarakat. "Kalau di Jakarta ada Jokowi, di Polri ada Suhardi Alius," ujar Usman, seraya mengkritik pengalaman-pengalaman itu tidak dituliskan di buku karya Suhardi.
Suhardi juga cukup berani dalam mengungkap identitas pelaku tabrakan maut di Tol Jagorawi yang melibatkan anak Menkoperekonomian Hatta Rajasa. Di saat petinggi-petinggi Polda Metro 'Menyembunyikan' siapa Rasyid, Suhardi dengan tegas menyebut pelaku penabrakan yang mengakibatkan dua orang tewas, salah satunya adalah bayi, adalah anak kandung Hatta Rajasa.
Kini, Kapolri Jenderal Sutarman memberikan amanah Kepala Bareskrim di tangan Suhardi Alius sesuai dengan Surat Telegram Rahasia Kapolri bernomor ST/2312/XI/2013 tertanggal Minggu 24/11/2013. Belum ada pernyataan resmi dari Suhardi terkait pengangkatan dirinya menduduki posisi untuk jenderal bintang tiga ini.
"Saya masih kerja," ujarnya dalam pesan singkat dan berjanji akan memberikan statement kemudian.
(ahy/jor)