Semarang - Sebagaimana daerah-daerah lain, Jawa Tengah (Jateng) masih tergolong rawan terhadap serangan diare. Meski tidak separah Jawa Timur atau Solok, ada 633 desa yang endemis dan sporadis diare. Kesemua desa itu tersebar merata di Jateng.Demikian dikatakan Kepala Dinkes Jateng Khrisnajaya kepada wartawan di kantornya, Jl. Pierre Tendean, Semarang, Senin (22/11/2004). Berdasarkan laporan dari beberapa rumah sakit, jumlah penderita diare di Jateng masih tergolong normal. Hingga kini, belum ada laporan adanya korban jiwa."Seluruh daerah Jateng memang endemis terhadap diare. Itu terkait denganlokasi geografis dan ekonomi masyarakat. Kami sudah menyiapkan segalasesuatunya sehingga tak ada satu pun korban jiwa," kata Khrisna.Khrisna mengajak beberapa petinggi rumah sakit yang mendampinginya menjelaskan diare yang menyerang wilayahnya secara kontinu. Di Tegal, Januari - Maret terdapat 117 penderita per bulan, April - Juni sebanyak 118 orang, dan pada Juli - September jumlahnya membengkak menjadi 131 orang.Direktur RS Kardinah Tegal, Abdal Hakim menambahkan, hingga November, jumlah pasien diare yang ditanganinya sejumlah 38 orang. "Jika dirata-rata ada sekitar 100 orangterjangkit diare per bulan. Daerah kami memang juga endemis," katanya.Sementara di Solo, rata-rata pasien diare per bulan hanya mencapai 80 - 100 orang. Pada bulan September jumlahnya sekitar 84 orang, jumlah itu turun menjadi 45 orang pada Oktober. Untuk November, jumlah penderitanya baru 24 orang.Wakil Direktur RS Moewardi Solo, Tri Lastuti Widowati menegaskan, tak ada korban meninggal akibat diare. "Kalau ada yang memberitakan bahwa di daerah kami ada korban mati, itu salah. Sampai saat ini, belum ada orang yang mati karena diare," katanya tegas.Kondisi normal juga terjadi di RS Tugu Semarang dan RS Margono Purwokerto. Di kedua RS ini, ada beberapa pasien diare, tapi jumlahnya tak sampai melebihi Tegal atau Purwokerto. Bahkan, di Purwokerto hanya ada beberapa pasien. Itu pun bukan penyakit diare akut.Melihat kondisi itu, Dinkes Jateng telah menurunkan tim teknis ke lapangan. Tim itu mulai bekerja sejak Rabu (17/11). Mereka memantau perkembangan penderita dan potensi penyakit diare di berbagai daerah di Jateng."Selain meneliti sejauh mana persebaran diare, mereka juga dipersiapkan untuk mengantisipasi musim penghujan mendatang. Karena pada musim itu, biasanya diare bertambah banyak," tandas Kepala P2M Dinkes Jateng Lilik Herawati.
(nrl/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini