Jalur Sepeda di KBT dan Blok M Proyek Gagal

Menanti Jalur Sepeda di Jakarta

Jalur Sepeda di KBT dan Blok M Proyek Gagal

- detikNews
Kamis, 21 Nov 2013 11:54 WIB
Ratusan pengendara motor menyerobot jalur sepada di kawasan KBT, Senin (24/9/2012). (Fotografer - Agung Pambudhy)
Jakarta - Panas terasa begitu terik di kawasan Kanal Banjir Timur (KBT) ketika jarum jam menunjukKan pukul 14.00 WIB, Rabu (20/11). Pemandangan jalur sepeda di KBT belum ada perubahan.

Fasilitas seperti lintasan hijau, areal parkir sepeda, hingga kondisi jalan masih relatif bagus di jalur khusus sepeda sepanjang 6,7 kilometer itu.

Tapi, kebandelan pengendara sepeda motor masih tetap terjadi di jalur yang hanya selebar sekitar 1,5 meter itu. Padahal, kondisi jalan saat itu tidak macet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua lintasan pertama dari Jalan Kolonel Soekanto steril dari hilir mudik sepeda motor karena ditutup penghalang separator movable concrete barrier (MCB) dari beton.

Kemudian, di lintasan sambungan berikutnya kondisi jalan sudah mulai agak berubah karena MCB seperti sengaja digeser agar sepeda motor bisa melintas. Saat itu, belasan sepeda motor lebih terlihat santai bolak balik melintas jalur sepeda.



Sejak diresmikan setahun lalu, jalur sepeda di kawasan KBT tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jalur yang seharusnya dibuat untuk pengguna sepeda malah menjadi area serobot jalan oleh para pengendara motor di saat jam macet. Pelanggaran ini sudah menjadi kebiasaan dan terus berulang kali hingga sekarang.

Pelanggaran juga terjadi di jalur sepeda sepanjang 1,45 kilometer lajur Taman Ayodya-Blok M dengan sistem lajur sepeda lingkungan (bike lane cluster). Kondisi di lajur sepeda pertama di Jakarta yang diresmikan pada Mei 2011 ini malah lebih parah.

Selain tidak berfungsi marka jalur sepeda, beberapa ruas areal di lokasi ini malah jadi tempat parkiran mobil pribadi. Padahal, areal itu untuk parkir sepeda dan jalur lintasan. Di dekat areal Taman Ayodya dijadikan parkir liar sepeda motor. Begitu juga yang di areal Melawai Raya malah ramai sebagai jalur parkir mobil.

Pengamat tata ruang kota, Nirwono Joga, menilai persoalan tidak efektifnya jalur sepeda karena budaya disiplin masyarakat yang rendah. Tidak ada sanksi hukuman yang tegas membuat pelanggaran ini terus berulang kali dan menjadi budaya negatif.

Dia menegaskan, namanya jalur khusus sepeda tidak boleh dilintasi pengendara kendaraan selain sepeda. Seharusnya, Pemerintah Provinsi DKI harus jeli dan bisa tegas menerapkan sanksi.

“Kalau shelter Transjakarta bisa ada regulasi sterilisasi, kenapa sepeda enggak dicoba? Kalau begini terus ya enggak ada takutnya sepeda motor ke trotoar, jalur sepeda, shulter busway,” katanya kepada detikcom, Rabu (20/11).

“Ya ini harus diakui jalur sepeda di KBT dan Taman Ayodya gagal. Hak pemakai sepeda dilanggar dan tidak mendapat penuh. Ini kronisnya Jakarta sampai feeder sepeda juga jadi korban,” tegas Nirwono sangat menyesalkan.

Anggota komunitas bike to work rombongan Bekasi (RoBek), Diah Kusumo Dewi, 34 tahun, menganggap jalanan ibu kota sangat tidak ramah bagi pesepeda. Bahkan, jalur khusus sepeda yang ada pun diserobot pemotor sehingga membuat pesepeda makin terpinggirkan dalam arti yang sebenarnya.

“Kita selama ini kesal, kok yang pakai jalur malah sepeda motor dan kita diperlakukan semena-mena sama pengendara motor,” kata dia kepada detikcom, Rabu (20/11).


(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads