8 Warga Indragiri Hilir Meninggal karena Malaria

8 Warga Indragiri Hilir Meninggal karena Malaria

- detikNews
Senin, 22 Nov 2004 14:43 WIB
Pekanbaru - Wabah malaria ganas kembali menyebar di Kabupaten Indragiri Hilir-Riau dalam dua pekan terakhir ini. Akibatnya 8 orang meningal dunia serta ratusan lainnya dinyatakan suspect (terindikasi terkena penyakit). Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Ekmal Rusdy, mengungkapkan hal itu kepada detikcom, Senin (22/11/2204) di ruang kerjanya Jl Sudirman Pekanbaru. Menurutnya, wabah malaria sudah terjadi sejak pertengahan bulan Ramadan lalu. Wabah menyebar di Desa Kuala Selat Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) Riau, sekitar 250 km arah timur Pekanbaru."Hari ini tim kesehatan dari Provinsi Riau turun ke lokasi tempat penyebaran penyakit malaria tersebut. Kita tengah mendata berapa orang yang terserang," kata Ekmal.Korban meninggal yang jatuh terjadi dalam waktu yang berbeda. Dinas Kesehatan setempat mendata awalnya korban meninggal dunia adalah pasangan suami istri H Male (60) dan Hj Sapirah (55), warga Dusun Paret Berkal, Desa Kuala Selat, meninggal pada 17 November 2004."Korban meninggal dunia lainnya adalah anak-anak. Namun sejauh ini kita belum mendapat nama-nama korban meninggal dunia itu," kata Ekmal.Ekmal menjelaskan, penyebab utama penyebaran penyakit malaria terdiri dari tiga faktor utama. Yaitu, adanya genangan air di sekitar perumahan penduduk; menyebarnya nyamuk malaria (anopheles) dan parasit malaria (orang yang terinfeksi malaria).Sebagai langkah jangka pendek, menurut Ekmal, pihaknya meminta masyarakat setempat untuk melakukan gotong royong membersihkan jentik-jentik nyamuk di parit tersebut. Selanjutnya dilakukan penyemprotan obat di sekitar rumah penduduk."Bagi warga yang telah terserang malaria harus diisolasi dengan memberikan kelambu. Hal itu dilakukan agar nyambuk malaria tidak lagi menyebarkan penyakitnya ke masyarakat yang lain," jelas Ekmal.Buah SimalakamaEkmal menjelaskan, untuk wilayah Riau, penyebaran penyakit malaria ini sering terjadi di beberapa kawasan. Kawasan yang dimaksud adalah, Batam, Bintan, Rempang, Galang, dan Karimun (Barelang-kar). Daerah itu merupakan paling rawan penyebaran penyakit malaria karena banyaknya bongkahan tanah bekas penambangan timah.Penyakit malaria itu terus menyebar ke wilayah Riau daratan tepatnya di Kabupaten Inhil. Karena jarak Inhil ke daerah Barelang-kar sangat dekat dengan waktu tempuh 2 jam."Penyebaran malaria itu lewat mobilisasi masyarakat Inhil ke daerah bekas penambangan timah. Warga yang terkena penyakit kembali ke Inhil, yang mengakibatkan nyamuk mengigitnya serta menyebarkan ke masyarakat yang lain," terang Ekmal.Saat ada rencana pembukaan ruas jalan sepanjang 17 km yang menghubungkan antardesa daerah terpencil di Inhil. Dengan sendirinya pembangunan jalan tersebut menimbulkan kanal-kanal kecil. Di kanal-kanal itulah, jentik-jentik malaria berkembang pesat.Bila jalan tersebut tidak dibangun, untuk menghubungkan antardesa, warga selama ini mempergunakan transportasi perahu. Untuk menuju ibukota kabupaten Inhil, Tembilahan, memakan waktu selama 6 jam. Hal itu hanya bisa ditempuh apa bila air laut dalam keadaan pasang.Bila air tidak pasang, warga tidak bisa keluar dari kampungnya. Di sinilah bingungnya. Bila pembangunan jalan dilakukan, maka akan menimbulkan lubang-lubnag parit yang menjadi sarang jentik-jentik malaria. Tapi jika jalan tak dibangun, desa-desa itu terisolir. "Ini buah simalakama bagi warga setempat," kata Ekmal. (nrl/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads