Belajar dari Pemkot Sakai tentang Sistem Sewa Sepeda Bersama

Laporan dari Jepang

Belajar dari Pemkot Sakai tentang Sistem Sewa Sepeda Bersama

- detikNews
Jumat, 15 Nov 2013 08:34 WIB
Sakai - Sepeda dan pesepeda menjadi pemandangan lazim di Kota Sakai, Prefektur Osaka, Jepang. Selain sepeda pribadi, Pemkot Sakai menjadikan sepeda sebagai transportasi publik yang ramah lingkungan bin murah dengan sistem sewa (bicycle sharing), Sakai Community Cyle. Mari menengok sistem sewa sepeda yang dikembangkan kota ini.

Detikcom dan beberapa wartawan dalam program Media Sakai ASEAN Week 2013 berkesempatan menengok sistem sewa sepeda di Kota Sakai pada Selasa (12/11/2013) lalu. Salah satu shelter yang dikunjungi adalah shelter persewaan sepeda di depan Balai Kota Sakai, yang dekat dengan hotel tempat kami menginap, Daiwa Roynet Hotel.

Di shelter itu terparkir sekitar 20-an sepeda berkeranjang depan, bercat biru dengan tulisan 'Sakai City'. Hmm.. bagaimana ya cara memakainya? Kami lantas masuk ke Sakai Tourism Information Center yang terletak persis di depan shelter sepeda itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kami disambut Satoko Ohashi, petugas kantor pusat informasi itu. Lantas kami mendapat penjelasan mengenai cara-cara menyewa sepeda itu. Pertama, Satoko meminta paspor kami untuk difoto kopi dan menyuruh kami mengisi formulir standar alamat, tanggal dan tempat lahir hingga mau menyewa sepeda untuk berapa lama.

Kami lantas diberi kartu. Kartu itu bisa diisi ulang sesuai dengan waktu pemakaian yang diinginkan. Mesin isi ulangnya tersedia di shelter, di tengah-tengah jejeran sepeda yang terparkir.

"Kami ada pilihan, apakah menyewa sehari, seminggu atau satu bulan," kata Satoko.

Rental sepeda ini mulai buka pukul 09.00 sampai pukul 19.00 waktu setempat. Menurut Wakil Direktur Departemen Promosi Sepeda Pemkot Sakai Hidekazu Takeuchi, warga kota Sakai terbiasa bersepeda ke sekolah, ke kantor, ke pusat perbelanjaan hingga ke pusat kebugaran sekalipun.

Hidekazu kemudian menjelaskan sejarah sistem sewa sepeda yang disediakan Pemkot Sakai ini. Jadi Pemkot Sakai mulai membuat sistem sepeda yang ada sekarang ini sejak 3 tahun lalu, tepatnya tahun 2010.

"Pemkot Sakai ingin menyediakan transportasi publik yang ramah lingkungan, nyaman, mengurangi emisi dan murah. Untuk itulah dibuat sistem sewa sepeda ini," jelas Hidekazu.

Tahun pertama, ada 4 shelter sepeda yang disediakan kemudian bertambah 2 shelter lagi selang 1,5 tahun berikutnya. Sepeda disediakan Pemkot Sakai dengan biaya sewa terjangkau, per jam, per minggu hingga per bulan. Dia pun menunjukkan kartu plastik yang bisa diisi ulang (seperti kartu ATM atau kartu multitrip KRL kalau di Jakarta, red). Mesin isi ulangnya pun, tersedia di shelter, dengan mesin kembalian otomatis.

"Hingga tahun ini kami sudah memiliki 6 shelter di seluruh Kota Sakai, dengan total 450 sepeda dan rata-rata penyewa per hari 300 orang," jelas Hidekazu.

Untuk semua sistem itu, Pemkot Kota Sakai mengucurkan APBD 54 juta Yen (Rp 6,2 miliar) per tahun untuk membiayai manajemen. Sementara membangun infrastrukturnya, untuk 6 shelter plus pengadaan sepedanya, Pemkot Sakai mengucurkan 200 juta Yen (Rp 23 miliar).

Hidekazu menjelaskan tahun ini Departemen Sepeda Pemkot Sakai mentargetkan 3 hal untuk pengembangan sistem ini ke depan. Pertama, meningkatkan jumlah penyewa sepeda. Kedua, meningkatkan shelter sepeda dari 6 menjadi 7 alias menambah 1 shelter lagi pada April 2014. Ketiga, meningkatkan jumlah sepeda dari 450 menjadi 650 sepeda.

"Sepedanya semuanya baru, kami datangkan dari Kota Sakai sendiri, apalagi, kota ini menjadi produsen sepeda pertama di Jepang dan banyak pabrikan sepeda di sini," kata Hidekazu.

Sedangkan tantangan dan hambatan lainnya, imbuh Hidekazu, adalah kesulitan melacak lokasi sepeda yang digunakan karena tak ditempeli alat pelacak semacam GPS. Namun, kasus-kasus kehilangan sepeda nyaris tak ada.

"Ada beberapa kasus kehilangan sepeda, namun tak banyak," tuturnya.

Tantangan lainnya, adalah membangun jalur khusus sepeda. Untuk sementara pembangunan jalur khusus sepeda belum bisa diwujudkan karena kontur jalan yang berbeda-beda. "Jadi, sementara jalur sepeda masih menjadi satu dengan trotoar pejalan kaki," tutup Hidekazu.

Di Indonesia, menurut penelusuran detikcom, sistem bicyle sharing ini sudah diterapkan di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok dan Bandung, Jawa Barat. Hmm.. kapan kota-kota lain di Indonesia menyusul ya..?

(nwk/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads