"Dalam hasil survei yang dilakukan Founding Fathers House (FFH) diketahui, 76 persen publik tidak mengetahui bahwa partai berlambang Mercy itu tengah mengadakan konvensi. Sedangkan hanya 24 persen publik mengetahui bahwa partai bernomor urut tujuh tengah mengadakan konvensi," kata Peneliti Senior FFH, Dian Permata, dalam siaran pers, Kamis (14/11/2013).
Survei ini menggunakan 1.070 responden yang diperoleh melalui teknik multistage random sampling. Populasi para responden adalah calon pemilih dalam Pemilihan Umum 2014 atau seluruh penduduk Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah, dan bukan anggota TNI/Polri aktif. Margin of error survei ini sekitar 3% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 24 persen publik yang mengetahui konvensi, hanya 2,2 persen yang tepat menjawab jumlah peserta Konvensi sebanyak 11 orang. 2,1 persen menjawab 10 orang. 0,9 persen menjawab tiga orang. 0,7 persen menjawab delapan orang. 0,7 persen menjawab 12 orang. 0,4 persen menjawab lima orang. Sisanya ada yang menjawab beragam. Ada 4, 6, 7, 13, 15, 17, 20, 22, 25, 42, 52, 100, 143 peserta. Sedangkan 89,9 persen menjawab tidak tahu.
"Dilihat dari jawaban responden tentang jumlah peserta dan tujuan Konvensi maka dapat disimpulkan bahwa perhelatan presiden idiol versi Partai Demokrat gagal mencuri perhatian publik, dan ini PR besar bagi Demokrat. Kondisi konvensi saat ini tak ubahnya seperti mobil derek yang membawa mobil mogok yakni Partai Demokrat," katanya.
Meskipun demikian, kata Dian, konvensi yang dilakukan oleh Partai Demokrat bisa dijadikan sebagai tradisi politik baru di Indonesia. Alasannya, selama ini calon presiden ditentukan melalui penetapan di masing-masing partai politik. Begitu pula dengan latar belakang yang ikut pemilihan presiden yakni mayoritas berasal dari ketua umum dan ketua pembina atau dewan syuro partai politik. Fenomena ini terjadi sejak reformasi.
"Apabila setiap parpol menggunakan metode konvensi maka ini akan menjadi kejutan politik jelang Pileg dan Pilpres 2014. Karena setiap parpol memberikan peluang bagi setiap kader betarung di partai masing-masing. Seperti Jokowi berhadapan dengan Megawati, Priyo Budi Santoso dan Aburizal Bakrie, Hary Tanoesoedibjo dan Wiranto, Lukman Hakim Saefudin dan Suryadharma Alie, Khofifah Indar Parawansa dan Muhaimin Iskandar. Zulkifli Hasan dan Hatta Radjasa, Fadli Zon dan Prabowo Subianto, Ahmad Heryawan dan Anis Matta," tutupnya.
(van/try)