"Ani Yudhoyono sadar bahwa pujiannya terhadap Megawati akan ramai diperbincangkan publik, apalagi ini menyangkut Megawati. Tapi saya kira terlalu dini untuk menyimpulkan ini wacana koalisi PD-PDI Perjuangan," ujar pengamat politik dari Charta Politika Arya Fernandes saat berbincang dengan detikcom, Kamis (14/11/2013).
Ada tiga hal yang bisa menjelaskan mengapa koalisi PD-PDIP sulit terwujud. Pertama, dalam sejarah hubungan kedua partai, terutama jelang akhir pemerintahan kedua Presiden SBY, belum pernah ada sinyal koalisi kedua partai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, secara psikologi politik, kekalahan beruntun Megawati di 2004 dan 2009 betul-betul memukul Megawati. Jadi secara psikologi, peluang koalisi PDIP-PD akan kecil.
"Secara psikologi, kekalahan beruntun Mega akan menyebabkannya berusaha memenangkan pertarungan dengan mengalahkan lawannya pada pemilu sebelumnya," tuturnya.
Ketiga, lanjut Arya, masing-masing partai sudah memiliki teknis dan mekanisme pencapresan. Apalagi Demokrat masih melakukan konvensi.
"Jadi tidak mungkin tiba-tiba berwacana koalisi dengan PDIP, apalagi PDIP belum memutuskan capres partai," kata Arya.
"Jadi menurut saya pujian Ani terhadap Mega adalah cara untuk mengakrabkan kembali Cikeas dan Lenteng Agung dan cara untuk membaca pergerakan koalisi partai jelang pilpres," tutupnya.
Sebelumnya Ibu Negara Ani Yudhoyono memberikan ceramah kepada 1700 anggota Dharma Wanita Persatuan tentang politik. Dalam pidatonya, ia menyebut Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai contoh prestasi perempuan dalam politik nasional.
"Tercatat pula dalam sejarah negara kita bahwa Presiden RI kelima, Ibu Megawati Soekarnoputri yang menjadi bukti nyata bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin di skala nasional," ujar Ani Yudhoyono di Gedung Manggala Wanabhakti Kementerian Kehutanan, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).
PD sendiri menyatakan siap berkoalisi dengan PD. Sementara PDIP melihat pidato politik Ani Yudhoyono ini sebagai lobi politik. PDIP belum memastikan peluang koalisi PD-PDIP di 2014.
(mpr/sip)